Kupang-suaraNTT.com,- Pemilik nama lengkap Ratu Ngadu Bonu Wulla mengundurkan diri dari kursi DPR RI milik partai Nasdem: Demokrasi Sedang Dikangkangi Kaum Elite atau oligarki kekuasaan.
Informasi yang beredar Calon Anggota Legislatif dari Partai Nasdem untuk daerah Pemilihan (Dapil) Nusa Tenggara Timur (NTT) II, Ratu Ngadu Bonu Wulla, Mundur dari pencalonannya usai dapat dipastikan lolos lagi ke Senayan saat pleno KPU masih berlangsung.
Dikutip dari kompas.com Ratu Mendapatkan Suara terbanyak 76.318 suara, mengalahkan mantan gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang meraih 65.384 Suara. Ratu menyampaikan bahwa alasannya mundur dari pencalonan adalah karena adanya penugasan lain dari partai.
Menanggapi hal tersebut PMKRI Cabang Kupang, Diliyon Yoram melalui Presidium Gerakan Kemasyarakatan, Clara Yunita Tefa, menilai bahwa, mundurnya Ibu Ratu dengan alasan adanya penugasan lain dari partai jelas bertentangan dengan konsep Demokrasi dari Rakyat,Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat. Bahwa tugas yang paling utama dan mulia adalah menjalankan amanat dan kehendak rakyat bukan kehendak partai.
Sesuai dengan pasal 426 UU nomor 7 tahun 2017 tentang UU Pemilu, jatah Kursi caleg yang mengundurkan diri otomatis digantikan oleh caleg dari dapil dan partai yang sama dengan perolehan suara berikutnya, dan yang menempati urutan kedua setelah Ibu Ratu adalah Viktor B. Laiskodat. Sesuai dengan perolehan suara, jelas bahwa rakyat NTT dapil 2 lebih menginginkan Ibu Ratu Ke Senayan bukan mantan Gubernur NTT itu.
Negara memberikan ruang bagi 30% perempuan untuk ambil bagian di parlemen.
Kemenangan Ratu Wula adalah representasi kaum perempuan yang diharapkan dapat meningkatkan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan politik yang lebih akomodatif dan substansial. Berdasarkan Pasal 11 UU Nomor 2/2008 terdapat lima fungsi partai politik, salah satunya adalah merekrut dan mengisi jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Berkaitan dengan hal tersebut, Sikap politik buruk yang ditunjukkan Partai Nasdem dan Kadernya, Ratu Wula Talu ini jelas mengecewakan para pemilih yang telah menaruh harapan besar pada Ibu Ratu.
Mundurnya Ratu Wula Talu tanpa adanya alasan yang jelas dan sulit diterima akal sehat menimbulkan dugaan adanya manipulasi politik, deal-dealan jabatan, tekanan dari elite politik dan pada akhirnya mengorbankan kedaulatan dan kepentingan Rakyat.
Menurut PMKRI cabang kupang hal ini, bertentangan dengan UU partai politik pasal 10 yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan umum dari partai poltik adalah mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan Menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dijelaskan Clara Yunita Tega bahwa masyarakat terus bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dan siapa dibalik mundurnya Ratu Wula, pasalnya alasan mundurnya Ratu Wula karena ada penugasan lain dari partai jelas telah menunjukkan bobroknya sistem politik di Negara kita. Bahwa situasi ini dengan jelas telah menggambarkan bahwa demokrasi kita sedang dikangkangi kaum elite.
PMKRI Cabang Kupang menaruh harapan besar kepada KPU dan Bawaslu agar hadir sebagai panglima masyarakat yang memiliki wewenang penuh untuk menjaga Pemilu ini berjalan sesuai dengan amanat Undang-Undang dan harapan rakyat.
PMKRI Cabang Kupang juga meminta masyarakat agar senantiasa mengkawal proses demokrasi, agar terus berjalan di rel yang benar. Jangan biarkan para elite terus bertingkah seolah-olah negara ini milik mereka sendiri, jangan biarkan demokrasi kita diobrak-abrik oleh para elite yang rakus dan haus jabatan.
Sementara itu pengamat Politik Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Yeftha Yerianto Sabaat, S.IP.,M.IP juga menyoroti pengunduran diri Caleg terpilih DPR RI Dapil NTT II, Ratu Wulla Talu.
Menurut Yeftha, mundurnya Ratu Wulla Talu sebagai anggota DPR RI terpilih mengundang banyak pertanyaan.
“Ratu Wulla perlu mengklarifikasi hal tersebut sebagai bagian dari tanggungjawab moral dan politiknya karena sudah dipercaya sebagai wakil rakyat,” ungkapnya di lansir dari media online batastimor.com, Rabu (13/3/2024).
Lebih lanjut Dosen Undana Kupang itu menegaskan bahwa hal lain yang perlu diperhatikan dari munculnya nama Viktor Bungtilu Laiskodat atau VBL sebagai pengganti Ratu Wulla.
“Saya kira ini menegasikan politik transaksional dalam internal Partai politik sekaligus menjadi bukti oligarki partai,” kata Yefta
Yeftha menambahkan bahwa tidak terlepas dari kesepakatan di internal NasDem soal kemunduran Ratu Wulla kemudian muncul VBL sebagai pengganti dan apa saya ini sebuah pengkhianatan terhadap demokrasi.
“Bagaimanapun Ratu Wulla dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi Anggota DPR RI bukan untuk jabatan lain,” tegasnya.
Pengamat Politik itu juga menilai bahwa politisi saat ini hanya ingin mengejar jabatan semata.
“Kalau motifnya untuk kepentingan jabatan lain saya kira publik bisa saja menilai bahwa politisi kita hari ini hanya mengejar jabatan semata,” pungkas Sabaat.
Ia bahkan menyayangkan sikap Ratu Wulla yang mengundurkan diri setelah terpilih menjadi anggota DPR RI.
“Masyarakat sudah menunjukkan berpartisipasi politiknya untuk memberikan hal suaranya tapi kemudian atas nama jabatan mereka (politisi) memilih mundur,” ucapnya.