Di kecamatan Mataru Gedung Sekolah Mangkrak 2 Tahun Dibiarkan Pemerintah Daerah Kabupaten Alor

Berita204 Dilihat

Alor-suaraNTT.com,-Di kecamatan Mataru gedung Sekolah yang mangkrak dibiarkan begitu saja oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Alor sudah selama 2 tahun.

Fasilitas pendidikan menjadi gerbong utama dalam mendongkrak kualitas pendidikan di bumi Indonesia, hal itu digaungkan oleh presiden Joko Widodo dalam visi-misinya untuk Program pendidikan menggelontorkan anggaran hingga tahun 2024 sebesar Rp660,8 triliun dari APBN untuk pendidikan di Indonesia.

Namun dari besaran anggaran tersebut tidak terserap secara baik di daerah-daerah tertinggal, Terluar, Terdepan alias daerah 3T.

Seperti di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor, kecamatan Mataru yang tergolong daerah tertinggal banyak anggaran untuk pendidikan yang mubasir.

Dimana pembangunan gedung sekolah beberapa wilayah dibiarkan mangkrak tanpa ada upaya pemerintah daerah kabupaten Alor dalam proses lanjutan.

Dalam pantauan media suaraNTT.com SD Negeri Fuihieng Desa Mataru timur Kec. Mataru kabupaten Alor beberapa gedung sekolah yang dibangun tidak sampai selesai hingga kontraktor meninggalkan proyek pembangunan sudah dua tahun lamanya.

Dijelaskan warga Para kontraktor yang tidak melanjutkan pengerjaan gedung sekolah juga berganti sebanyak tiga kali, pertama dan kedua berasal dari Jawa, alias bukan orang NTT. Yang ketiga orang Timor artinya orang dari NTT.

Lebih lanjut dikisahkan warga, proyek pembangunan sekolah sudah mengalami pergantian tiga kontraktor namun pembangunan berjalan ditempat hingga pada akhirnya dibiarkan mangkrak.

“Ada Gedung di SD Negeri fuihieng yang mangkrak itu anggaran katanya dari kementrian dan pergantian hingga tiga kontraktor tapi tidak selesai. Gedung tersisa yang digunakan sebagai tempat belajar mengajar siswa hanya dua gedung pada akhirnya kebijakan untuk kelas enam di alihkan ke gedung PAUD Kasiman.” Ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya dalam pemberitaan pada Jumat (12/01/2024)

Warga juga tidak mengenal dan mengetahui secara jelas kontraktor itu dari CV mana dan intervensi pemerintah seperti apa.

Gedung sekolah beratapkan daun yang sudah Roboh akibat hujan dan angin
Gedung sekolah beratapkan daun yang sudah Roboh akibat hujan dan angin

Mirisnya lagi dalam pantauan media, ada sebuah gedung yang beratapkan daun kelapa dan ditutup juga dengan daun kelapa sebagai tembok pemisah ruangan untuk digunakan sebagai ruang belajar namun hanya bisa digunakan pada musim panas (Kemarau) sebab jika hujan maka daun-daun yang digunakan sebagai atap tidak mampu menahan air hujan.

Melihat hal itu Ketua umum Kerukunan mahasiswa Nusa kenari (KEMAHNURI) Marthen Atabuna yang turun lansung melakukan investigasi di lapangan sangat menyayangkan kinerja dari pemerintah daerah kabupaten Alor dan Pemerintah pusat yang seolah membiarkan kasus ini begitu saja dan dirinya juga mempertanyakan tugas dan fungsi wakil rakyat yang diam seribu bahasa melihat persoalan ini.

“Sudah dua tahun pembangunannya mangkrak, sebenarnya apa sih tugas DPR sebagai wakil rakyat, yang melihat persoalan ini diam begitu saja.”ujar Marthen saat ditemui awak media pada Sabtu (13/01/2024)

Menurutnya wakil rakyat harusnya melihat persoalan masyarakat sebagai sebuah aspirasi, apalagi DPRD yang berasal dari dapil Mataru tersebut tentu melakukan reses dan sebagainya untuk mengetahui persoalan masyarakat.

“Entah itu anggaran dari kementrian yang bersumber dari APBN maupun dari pemerintah daerah APBD harusnya disuarakan, rakyat sudah mandat kan orang-orang sebagai wakilnya untuk bisa membawa aspirasi atau membawa air matanya ke perintah agar bisa terjawab.”tegasnya.

Jika DPR tidak memiliki taring untuk bersuara mengendalikan palu kehormatan maka menurutnya Persoalan-persoalan seperti ini akan terus berlanjut karena.

Secara organisasi Ketua KEMAHNURI juga mengatakan akan terus melakukan kontrol sosial terhadap sistem pemerintahan di kabupaten Alor, agar dinas-dinas terkait boleh dapat bekerja secara baik dan maksimal, walaupun para Dewan terhormat hanya asyik menikmati dinamika politik tanpa melihat air mata rakyat.

“Dinas pendidikan harus lebih gesit lagi dalam melihat persoalan pendidikan yang ada di pelosok-pelosok. Jangan terfokus saja soal administrasi tapi sesekali turun ke lapangan melihat kondisi sekolah, baik fasilitas maupun KBM. “Ujarnya lagi.

Marthen menambahkan Bagaimana guru bisa mempersiapkan generasi yang baik kalau fasilitasnya saja tidak mendukung.

“Yang lebih sakit lagi ketika saya dengar kalau ada siswa yang sudah beranjak ke tingkat SMP tapi ada yang belum bisa baca, tapi niat sekolahnya tinggi sekali.” Tutur Marthen

Marthen juga membenarkan bahwa peran orang tua menjadi penting dalam proses belajarnya anak, namun tidak bisa di pungkiri bahwa di daerah pelosok masih banyak orang tua yang mengharapkan anaknya belajar di sekolah.

“Nah bagaimana siswa bisa belajar dengan baik, belajar aman, belajar dengan nyaman, kalau fasilitasnya tidak mendukung. Saya percaya bahwa gurunya pasti tidak merasa nyaman ketika ada dalam proses belajar mengajar.”bebernya

Foto Istimewa: Marthen Atabuna, Ketua umum Kerukunan Mahasiswa Nusa Kenari
Foto Istimewa: Marthen Atabuna, Ketua umum Kerukunan Mahasiswa Nusa Kenari

Marthen Atabuna juga berharap adanya perhatian serius dari pemerintah daerah kabupaten Alor melalui dinas pendidikan untuk sekolah-sekolah yang berada jauh dari kota alias pegunungan.

“Kita berharap pemda bisa lebih banyak turun ke pelosok-pelosok untuk melihat kondisi fasilitas sekolah dan maslah-masalah pendidikan lainnya.” Tutup Marthen

Sampai berita ini diterbitkan tim media belum berhasil mengkonfirmasi pihak pemerintah daerah kabupaten Alor melalui PJ Bupati Alor dan kepala dinas PK apabila sudah dikonfirmasi akan diterbitkan tanggapannya pada edisi berikut.

Laporan: Mr. Alopada

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *