Mengulik Kisah Peran Perempuan Dalam Kepemimpinan

Kupang-suaraNTT.com,- Perempuan dan Memimpin: Mirra Bupu Dalam Perjuangannya Menjadi Ketua Presidium PMKRI Cabang Kupang!

Konsep Affirmative Action bukan menjadi diskusi dan perbincangan yang baru dimunculkan diruang publik, sebab diskursus tentang hal tersebut sudah lama terjadi bahkan dilegitimasi kan dalam perundang-undangan atau hukum positif di Indonesia.

Termaktub dalam undang-undang nomor 8 tahun 2012 yang mempertegas tentang keterlibatan perempuan dalam partai politik misalnya syarat pencalonan DPR yang diwajibkan kuota perempuan 30% untuk ikut serta dalam partai politik dalam memperjuangkan hak-hak perempuan serta melibatkan diri dalam konstelasi politik elektoral itu sendiri, jika tidak memenuhi ketentuan tersebut maka secara terang benderang partai tersebut tidak lolos dalam verifikasi daftar calon sementara.

Jika ditelisik peradaban politik di Indonesia seringkali cengkereman kekuatan politik kelaki-lakian (patrilineal) yang membuat asumsi bahkan doktrin secara turun temurun bahwa perempuan tidak bisa atau tidak mampu menjadi pemimpin karena alasan tertentu seperti fisik, tingkah laku atau pembawaan dan lain sebagainya.

Gagasan tentang eksistensi perempuan pada kancah kekuasaan/memimpin selalu dinilai tidak mampu, sebab ada semacam doktrin diatas yang terus dihegemonikan dalam saat bahkan lebih mirisnya disaat momentum politik berlangsung.

Namun, ada hal yang mendasar dan menjadi klarifikasi bahwa sesungguhnya tulisan bukan mengerucut pada konstelasi politik elektoral akan tetapi disini ingin mempertegas tentang perjuangan politik perempuan pada level organisasi mahasiswa yaitu Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang, ada hal dianggap penting pada risalah ini sebagai bentuk pengakuan penulis untuk menguat peran perempuan dalam dominasi kekuasaan dilevel organisasi mahasiswa, sebab momok yang sering terjadi bahkan menjadi lagu lama kelaki-lakian selalu mendominasi kekuasaan politik organisasi mahasiswa.

Kenapa dengan perempuan dilevel-level ini? Apakah perempuan tidak mampu untuk memimpin? Ataukah doktrin feodalisme patriarki yang terus menggenggam dalam ingatan laki-laki? Pertanyaan diatas ingin mencari alasan-alasan mendasar kenapa perempuan selalu berada pada posisi keterbelakangan dalam konteks memimpin organisasi mahasiswa bahkan politik praksis secara elektoral.

Perempuan selalu mencari suaka sebagaimana mestinya mereka perjuangkan namun kerap kali selalu ada tembok besar yang menghalangi salah satunya adalah feodalisme patriarki yang terus mendongkrak persepsi politik.

Anggapan tertentu juga melihat perempuan dari sisi fisik yang tidak mampu untuk memimpin, seperti masa otot yang lebih besar dan abstraksi fisik yang lebih diatas dan kondisi fisik lainnya bahkan ada ukuran perempuan secara kemampuan kognitif untuk memimpin dianggap tidak mampu.

Kondisi ini membuat perempuan tergeletak dijalan-jalan politik sehingga sulit untuk mengangkat perempuan sebagai harkat dan martabat yang sama sebagai ciptaan Tuhan.

Indikator lainya yang menjadi ingatan kita terbaca tentang konsep dan persepsi politik tentang perempuan adalah karena doktrin peradaban kebudayaan kita di Nusa Tenggara Timur. Sebab hampir sebagian besar wilayah NTT proses kebudayaan yang mengedepankan kepentingan patriarki jauh lebih tinggi sehingga perempuan ditempatkan pada level kelas dua. Sehingga tidak heran doktrin ini juga sampai pada tataran politik praktis di organisasi politik negara dan organisasi mahasiswa.

Saya Bisa Memimpin : Mirra Bupu Memperjuangkan itu!

Sebelum dirinya menyatakan sikap untuk maju menjadi salah satu kandidat pada debut Rapat umum anggota cabang (RUAC) PMKRI Cabang Kupang mendatang perempuan yang bernama lengkap Maria Elisabet Bupu tersebut sudah pernah mendiskusikan bersama dengan rekan-rekan perempuan dan juga para senior-senior di PERMASNA Kupang, Hippmab Kupang bahkan lebih intens dengan senior-senior di PMKRI Cab. Kupang bahwa dirinya memiliki kerinduan perempuan diberikan kesempatan untuk memimpin PMKRI Cabang Kupang satu periode ke depan dan berlanjut.

Mirra Bupu telah membuktikan bahwa dirinya bisa memimpin ketika dirinya dipercayakan menjadi Ketua Umum Perhimpunan Mahasiswa Asal Nagekeo (PERMASNA) Kupang periode 2020/2021 lalu yang dibilang cukup sukses memimpin PERMASNA Kupang selama satu periode, salah satunya adalah beliau bisa mendirikan sekretariat (semacam kantor) tetap bagi PERMASNA Kupang, memang tidak semata-mata hasil uangnya sendiri akan tetapi karena hasil dari komunikasi yang baik dengan sejumlah pihak terutama orang tua Nagekeo yang ada di Kupang.

Progres yang baik dan terukur serta berkualitas dari seorang perempuan yang bernama Mirra Bupu ini membuat dirinya didorong untuk maju menjadi salah satu kandidat calon ketua presidium PMKRI Kupang periode 2023/2024.

Mira Bupu, Calon Ketua Presidium PMKRI Cabang Kupang Periode 2023-2024
Perjalanan Mirra Bupu, Calon Ketua Presidium PMKRI Cabang Kupang Periode 2023-2024

Dari catatan perjalanan seorang Mirra Bupu yang saya kenal membuat saya yakin bahwa dirinya bisa memimpin PMKRI Cabang Kupang satu tahun ke depan sebab dari keyakinan dirinya bahwa Ia bisa memimpin marga juang 63 selama satu tahun periode.

Beri Kesempatan Untuk Perempuan Memimpin!

Menjadi kerinduan terbesar setiap perempuan bahwa mereka diberikan kesempatan untuk memimpin, bahkan diantara laki-laki juga memiliki kerinduan yang sama agar perempuan diberikan kesempatan untuk itu. Sejatinya perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk melanjutkan estafet kekuasaan.

Mirra Bupu memiliki kerinduan agar semua kader PMKRI Cabang Kupang untuk memberikan mandat untuk dirinya memimpin PMKRI Kupang, sebagaimana mestinya Ia ingin mendedikasikan dirinya bagi PMKRI secara total disisa-sisa waktu keaktifan sebagai anggota PMKRI, sebab dirinya merasa kurang percaya diri jika tanpa dukungan dan amanat serta amanah dari anggota aktif.

Oleh karena itu dirinya sejauh ini terus berkomunikasi atau berkonsolidasi dengan teman-teman tingkat kabupaten se-NTT untuk bisa memberikan arahan, masukan dan suara yang dalam arti mendukungnya. Ia berkeyakinan bahwa semua mereka yang tergabung di PMKRI Cabang Kupang akan mendukungnya sebagai salah satu calon Kepres perempuan yang saat ini akan berdebut di RUAC PMKRI Cab. Kupang.

Mimpi itu harus terwujud, pesan dari pendahulu yang merindu dalam angan bahwa perempuan harus menjadi pemimpin, memegang waktu untuk berkuasa sembari memperjuangkan segala sesuatu yang perlu ada pembenahan di tubuh PMKRI Cab. Kupang dimasa depan. Sehingga keyakinan dan komitmennya selalu diperjuangkan untuk mendapatkan nilai-nilai perjuangan sebagai perempuan.

Saya juga turut percaya bahwa dirinya akan ditakdirkan untuk menjadi ketua Presidium PMKRI Cabang Kupang diperiode ini, karena sebagian besar dari mereka yang terus mendukung dirinya untuk menjadi pemenang pada RUAC kali ini.

Penulis: Yohanes Gabriel Meo (Jeffry Meo) Anggota Aktif PMKRI Cabang Kupang St. Fransiskus Xaverius.
Mahasiswa Ilmu Politik Undana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *