Kadis Pendidikan NTT, Prihatin Tindakan Kepala SLBN 1 Nusa Bungtilu Kabupaten Kupang

Kupang-suaraNTT.com,-Kadis pendidikan dan kebudayaan provinsi Nusa tenggara timur NTT , merasa prihatin atas informasi, pelayanan kepala SLBN 1 Nusa Bungtilu, Farida L. Bissilisin, S.Pd  di pulau Semau Kabupaten Kupang NTT.

Keprihatinan Kadis Pendidikan NTT , disampaikan kepada media Kamis,13 Juni 2024, bahwa jika benar informasi dari wartawan maka dirinya merasa prihatin

Ambrosius Kodo selaku kepala dinas pendidikan dan kebudayaan, mengatakan persoalan pendidikan di NTT semakin banyak dan terlihat masyarakat semakin kritis.

Menurutnya jika masyarakat semakin kritis itu merupakan hal yang baik, karena bisa mengontrol proses pendidikan di wilayah NTT.

“Tadi saya sudah bilang masalah pendidikan di NTT itu banyak, dan masyarakat makin kritis itu bukan hal yang buruk, tapi hal yang baik.”ucapnya

Selain itu terkait permintaan warga bahwa kepala sekolah SLBN 1 Nusa Bungtilu harus di gantikan direspon Kadis Pendidikan NTT bahwa semuanya harus diberi kesempatan yang sama untuk membela diri.

Dinas pendidikan mengatakan akan segera memanggil dan meminta keterangan, dan bila dilakukan reposisi atau pergantian, itu bukan karena permintaan warga namun karena ditemukan alasan yang tepat.

Ambros mengatakan terkait dengan persoalan di pulau Semau, yakni di SLBN 1 Nusa Bungtilu akan segera memanggil kepala sekolah dan dimintai klarifikasi, guna mendengar lansung apakah informasi dari wartawan itu benar atau tidak.

“Orang itu sesalah apapun dia harus diberi kesempatan untuk membela diri, padahal kita belum sampai pada kesimpulan dia salah kan,? Kalau misalnya keputusannya kita harus reposisi itu bukan karena masyarakat meminta untuk reposisi tapi karena kita mendapat alasan yang tepat bahwa dia harus di reposisi,”jelas Ambros

Menurutnya keputusan yang di ambil tidak terkesan sepihak, satu atau dua orang bermasalah kemudian berpengaruh kepada yang lain dan mengatakan guru ini tidak baik. Apapun keputusan yang diambil harus melihat semua sisi, apalagi lembaga pendidikan harus Otonom,

“Maknya kita harus posisikan dia secara baik dan benar dulu, manusia pada dasarnya baik, manusia pada dasarnya juga tidak baik, sehingga kita akan panggil dan segera klarifikasi.”kata nya.

Ambros Kodo selaku ,Kadis Pendidikan NTT, belum meyakini apa yang di laporkan wartawan terkait tindakan kepala sekolah SLBN 1 Nusa Bungtilu di pulau Semau kabupaten Kupang, terkait persoalan di sekolah sehingga akan segera memanggil kepala sekolah untuk dimintai klarifikasi.

Diinformasikan anak-anak sekolah yang berlatar belakang kebutuhan khusus ini terkesan ditelantarkan oleh kepala sekolah, anak-anak kini tidak lagi mengikuti proses belajar mengajar seperti biasa.

Selain persoalan anak didik, adapula persoalan antara masyarakat dan pihak sekolah, terkait dengan Surat keputusan SK kepada tenaga kerja yang adalah pemilih tanah.

Sebelum sekolah tersebut didirikan masyarakat dan pemerintah bersepakat, untuk mempekerjakan masyarakat yang telah menghibahkan tanah untuk kepentingan pembangunan gedung sekolah, namun pada kenyataannya tidak dilakukan seperti itu.

Informasi yang di peroleh media ini, sejumlah masyarakat yang menghibahkan tanah untuk kepentingan pembangunan sekolah SLBN 1 Nusa Bungtilu  merasa dibohongi, karena semua proses tidak berjalan sesuai kesepakatan bersama pemerintah.

Terkait hal itu, Kadis Pendidikan NTT merespon bahwa dirinya menjadi kepala dinas, surat keputusan sudah ada, sehingga dirinya tinggal menjalankan tugas sesuai apa yang ada di tahun 2024.

Sebelumnya diberitakan media ini,  sejumlah orang tua murid di SLB Negeri Nusa Bungtilu yang berlokasi di Desa Huilelot, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) menyampaikan keluhan sekaligus tuntutan terhadap pihak sekolah yang diduga abaikan tanggung jawab hingga terlantarkan murid yang tinggal di asrama sekolah.

Sekolah ini baru berjalan di tahun 2021. Waktu itu, semua kegiatan sekolah maupun di asrama berjalan normal makanya anak-anak tidak ada keluhan. Setelah ada pergantian kepala sekolah, anak-anak kami ini mulai tidak diperhatikan. Menurut warga, pihak sekolah kurang perhatian sampai anak-anak harus terlantar.

“Sekolah ini tidak adapun tanggung jawab,” ucap Gaspar Mantus saat ditemui media ini, Rabu, 22 Mei 2024.

Orang tua murid yang kerap disapa Mantus itu menerangkan bahwa sejak awal penerimaan siswa baru, oleh pihak sekolah memberikan janji akan menjamin seluruh kebutuhan murid namun hingga saat ini hal itu tidak terlaksana.

“Sejak awal kan mereka (pihak sekolah) bilang kalau di sini tidak hanya terima anak-anak yang cacat saja. Tapi keluarga yang kurang mampu juga bisa sekolahkan anak di sini. Mereka juga bilang kalau semua kebutuhan anak-anak di asrama akan ditanggung sekolah mulai dari pakaian sampai jaminan makan minum setiap hari. Tapi janji-janji itu tidak terlaksana dengan baik sampai ini saat juga,” tuturnya.

Mantus mengaku dirinya sangat kecewa atas apa yang dialami anaknya saat berada di asrama hingga terpaksa memilih untuk putus sekolah.

“Anak saya ini terpaksa putus sekolah sudah hampir satu tahun. Sejak itu juga tidak lagi ada anak yang tinggal di asrama. Mana mungkin bisa bertahan kalau setiap minggu hanya dikasih beras satu kilo untuk belasan anak yang ada di asrama. Sampai-sampai mereka harus minta makan ke Bapak Atus (warga di dekat lokasi sekolah). Saya sangat kecewa dengan perilaku kepala sekolah yang marah setiap anak-anak minta beras,”ungkap Mantus.

Selain Mantus, Nelchi Lisin orang tua dari Bastian L. Sare yang merupakan anak dengan kebutuhan khusus juga menceritakan sewaktu ikut mendampingi anaknya di asrama.

“Bastian ini kan anak berkebutuhan khusus, jadi saya ikut damping selama hampir 3 (tiga) bulan di asrama. Saya lihat sendiri kehidupan di asrama, memang kasihan kondisinya anak-anak di sana,” tuturnya.

Dia menceritakan bahwa anak-anak pernah terpaksa makan nasi yang sudah basi lantaran tidak diberi beras oleh pihak sekolah.

“Anak-anak ini pernah makan nasi basi, padahal sebenarnya ada beras. kalaupun ada telur itu dibagi untuk 4 (empat) orang anak. Pernah juga anak-anak ini dipaksa cari kayu api saat hujan, siapa tidak ikut maka kena cubit di telinga. Bahkan ada yang telinganya sampai berdarah,” cetusnya.

Terhadap perilaku tersebut, ibu dari Bastian berharap apabila ada pergantian kepala sekolah anaknya bisa kembali mengikuti kegiatan di sekolah.

Sementara, Rut Tapatab orang tua dari Vinorisa Futi (murid SLBN) diwawancara secara terpisah juga mengaku kecewa setelah mendapat aduan dari anaknya tentang kepala sekolah yang dianggap sering berbuat kasar dan tidak memberikan perhatian yang baik terhadap murid.

Atas aduan anaknya, Rut menyampaikan bahwa pernah memberikan keluhan itu kepada Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT saat berkunjung ke sekolah tersebut.

“Waktu itu beta (saya) langsung kasih tahu kepala dinas Pak Linus Lusi. Bapak beta mau kasih keluar Vio dari sekolah. Kepala dinas bilang jangan mama nanti pak gubernur pukul beta. Beta bilang kotong punya anak sengsara ini hari makan jagung. Kepala sekolah sonde (tidak) kasih beras dia mau makan apa, pak pergi lihat sendiri dia ada makan jagung di asrama. Kotong (kami) makan enak di rumah sementara anak menderita di asrama,” cetusnya.

Atas keluhan itu, Rut mengaku bahwa kepala dinas berjanji akan menyurati pihak sekolah agar dapat melakukan pertemuan bersama orang tua murid. Namun menurut Rut, aduannya itu tidak ditindak lanjuti secara serius oleh kepala dinas.

“Kepala dinas bilang nanti beta (saya) kasih surat pi kepala sekolah supaya panggil orang tua murid untuk datang. Tapi setelah kepala dinas pulang, sampai ini hari juga belum ada tindak lanjut apa-apa. Dinas sepertinya sonde (tidak) serius terima aduan dari katong (kami) orang tua,” ungkap Rut penuh kesal.

Selanjutnya guna menindak lanjuti aduan, pihaknya telah tiga kali datangi kantor dinas hingga terakhir pada tanggal 08 mei 2024 lalu. Namun pihaknya tidak sempat bertemu langsung dengan kepala dinas.

“Katong (kami) sudah datang ke dinas tiga kali sampai terakhir di tanggal 08 mei, tapi kepala dinas sonde (tidak) ada di kantor. Beta (saya) mau langsung menghadap kepala dinas karena beta sonde mau kepala sekolah bikin anak-anak sengsara,” tegas Rut.

Rut berpendapat bahwa mutu sekolah saat ini tidak seperti semula ketika masih dipimpin kepala sekolah yang bernama Carles Laiskodat. Hal itu disebabkan oleh sikap kepala sekolah yang tidak baik menurutnya. Untuk itu ia meminta agar kepala sekolah saat ini bisa dipindahkan dari sekolah tersebut.

“Bukan sekolah ini yang sonde bae (baik) tapi kepala sekolah punya sifat ini yang sonde bae. Jadi katong (kami) minta bukan untuk diberhentikan, kasih pindah dia (kepala sekolah) saja. Supaya sekolah bisa mutu seperti semula. Ini pak Gubernur bangun katong punya Semau, tanah air, bukan malah buat katong punya anak-anak menderita, sengsara,” ujarnya tegas.

Sementara itu, Kepala Sekolah SLBN Nusa Bungtilu, Farida L. Bissilisin, S.Pd saat ditemui wartawan Rabu, 22 Mei 2024 pagi mengatakan bahwa dirinya sudah bosan setelah 20 (dua puluh) tahun menjadi kepala sekolah.

“Pak, saya sudah bosan jadi kepala sekolah selama 20 (dua puluh) tahun di SMA Negeri 1 Semau. Pak wartawan muat berita sudah biar saya bisa berhenti dari kepala sekolah,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *