SUARA NTT.Com -Kota Kupang,Dalam rangka Bulan Bahasa tahun 2023, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (Dinas PK NTT) menggandeng Yayasan Pustaka Pensi Indonesia (Yaspensi) menggelar talkshow bertajuk “Mengenang Umbu Landu Paranggi”. Kegiatan ini digelar di kantor Dinas PK NTT pada Selasa (24/10/2023), kegiatan tersebut juga dirangkaikan dengan Penandatanganan Piagam Pemberian Nama Aula Umbu Landu Paranggi.
Kepala Dinas PK NTT, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., menyampaikan, karya-karya besar Umbu dihasilkan dari sikap kontemplasi dalam dan kebatinan yang tinggi.
“Umbu dan kesunyian dalam kehidupan. Kontemplasi yang dalam dan kebatinan yang tinggi membentuk Umbu lewat karya-karyanya, dan karya-karya besar Umbu tidak lahir dari suasana yang ribut-ribut, melainkan dari kontemplasi yang dalam itu,” tandas Linus Lusi sesaat sebelum membuka kegiatan tersebut.
Lebih lanjut, Linus Lusi mengungkapkan, sosok Umbu sangat unik, karena tidak terpengaruh oleh himpitan apapun. Umbu adalah milik setiap orang yang mencintai kesusasteraan dan seni. Semoga karya-karya Umbu lahir dalam sentuhan-sentuhan implementasi pembelajaran sehingga namanya menjadi bermakna.
“Umbu ini manusia langka, Orang yang sangat nyentrik dan tidak terpengaruh dalam himpitan apapun, di bidang ekonomi tidak ada masalah dan tetap eksis dengan karya-karyanya. Murid-muridnya juga bahkan tidak mengenalnya. Umbu adalah milik publik dan setiap orang yang mencintai kesusastraan serta seni,” ujarnya.
“Kami dari Dinas PK NTT sangat mengharapkan karya-karya miniatur Umbu bisa lahir dari tangan-tangan bapak dan ibu kepala sekolah, guru-guru hebat, Badan Bahasa, dan BPMP. Kita berharap dia bisa tumbuh dari sentuhan-sentuhan di dalam implementasi pembelajaran. Kami sangat mendukung penuh ini, Ketika launching ini berjalan, bapak dan ibu dapat memberikan sebuah argumentatif dalam kontemplasi mereka, sehingga penamaan ini penuh dengan makna,” tandasnya.
Ket, Foto:Kadis PK NTT,Linus Lusi, saat menandatangani piagam pemberian nama Umbu Landu Paranggi di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi NTT
Sementara itu, narasumber pertama, Dr. Lanny Koroh, S.Pd., M.Hum., menuturkan, Umbu merupakan seorang rasul literasi atau sastra, yang memilih jalan kesunyian untuk menghasilkan karya-karya sastra yang luar bisa.
“Umbu ini seperti sosok seorang rabi, rasul dan nabi. Kalau kita kaitkan dengan literasi atau sastra, mungkin ini jalannya. Seorang nabi di dunia sastra, dia memilih jalan yang diam, jalan yang sunyi. Dia tidak pernah menunjukkan dirinya, kapasitasnya ditunjukkan dalam karya-karya sastra yang begitu melegenda dan hidup di dunia-dunia orang yang mencintai sastra,” tandas Lanny Koroh, akademisi sekaligus dosen di Universitas Citra Bangsa Kupang.
“Dia sangat luar biasa, karena dibandingkan dengan karya sastra sekarang yang muncul kemudian redup dengan sendirinya atau yang muncul lalu mati pada titik tertentu, dan ini berbeda dengan Umbu. Dia muncul dalam kesunyian dan kesepian,” tegasnya.
Narasumber kedua, dr. Dewa Putu Sahadewa, menyampaikan, Umbu adalah seorang yang sangat hebat, karena memberi kesempatan kepada muridnya berkembang sesuai keinginan sendiri. Dia juga seorang saintis, ahli filsafat dan guru kehidupan.
“Kehebatan pak Umbu adalah tidak pernah mengajarkan atau memaksakan suatu genre dalam kepenulisan puisi, tetapi diabiarkan berkembang sesuai budaya kita masing-masing,” ungkap Dewa Sahadewa selaku murid langsung Umbu Landu Paranggi.
“Bagi saya sekarang, Umbu bukan semata-mata penulis puisi, bukan juga mahaguru puisi, tetapi dia seorang saintis dan ahli filsafat, karena banyak teori-teorinya tidak tentang puisi saja melainkan juga tentang kehidupan,” terangnya.
Rambu A. Wulang Paranggi, mengungkapkan, Umbu merupakan sosok yang sangat misterus. Ia juga sangat mencintai tanah Sumba dan sebisa mungkin menjauhi popularitas.
“Bagi kami, karakter bapak Umbu begitu sunyi dalam menjalani hari-harinya. Kalau boleh diwakilkan dengan bahasa Sumba ‘malinggit’ yang artinya misterius dan agak menakutkan, sementara ‘kahanang’ itu hanya sekedar tenang saja,” jelas Rambu Wulang Paranggi, anak kedua dan puteri satu-satunya dari Umbu Landu Paranggi.
“Bapak Umbu begitu mencintai tanah Sumba, sehingga nama kami pun sangat khas orang Sumba, bahkan ia sering berpesan agar kami menanam pohon yang menjadi tanda dan kekhasan daripada Sumba. Menurut beberapa muridnya, bapak itu sangat curiga terhadap popularitas dan sangat menjahuinya. Bukan anti, tetapi bapak sebisa mungkin menghindarinya,” ujarnya.
Kegiatan tersebut melibatkan tim Yaspensi yaitu penulis buku “Umbu Sang Metiyem”, Robertus Fahik sebagai moderator dan ketua Yaspensi, Marianus Seong Ndewi, sebagai pembawa acara. Turut hadir, kepala BPMP NTT, Kantor Bahasa NTT, Korwas SMA dan SMK Kota Kupang, Ketua MKKS SMA dan SMK Kota Kupang, para Kepsek SMA dan SMK Kota Kupang, para guru, guru penggerak, pegiat literasi dan peserta didik.
Laporan: Tim