Kupang-suaraNTT.com,-Orang nomor satu di SMKN 5 Kota Kupang ini, kembali menolak memberi keterangan kepada sejumlah wartawan, usai pertemuan antara dinas pendidikan, Ombusman NTT dan forum guru NTT, di ruang guru, SMKN 5 Kota Kupang terkait dugaan korupsi dan penyalahgunaan wewenang Rabu (5/6/2024).
Rapat tersebut berlangsung Kurang lebih 3 jam sejak pukul 14 : 00 sampai 17:00 WITA.
Rapat ini berjalan cukup tegang, sempat terjadi adu mulut antara guru dan kepala sekolah dalam rapat namun tidak berujung konflik.
Usai rapat awak media menghampiri kepala sekolah untuk mengambil keterangan namun dirinya menolak, dengan alasan tidak etis sebab ada atasan yakni kepala dinas pendidikan dan kebudayaan.
“Tidak enak kalau saya bicara tadi ibu sekretaris dinas sudah omong nanti bapak kadis yang bicara, dan nanti kalau saya perlu Kaka dong saya kontak.”ujarnya kepada sejumlah awak media, termasuk TVRI NTT.
Tidak puas dengan jawaban kepala sekolah, wartawan berupaya meyakinkan agar kepala sekolah dapat memberi keterangan namun tidak berhasil sebab kepala sekolah terus menghindar.
Dalam pantauan media, kepala sekolah keluar dari ruangannya tanpa merespon permintaan wartawan untuk memberi keterangan, namun langsung berjalan menuju gerbang depan (pintu masuk SMKN 5 Kota Kupang), wartawan yang tidak puas mencoba mengikuti kepala sekolah namun hilang jejak saat sampai di pos satpam.
Wartawan mencoba cari tahu keberadaan kepala sekolah melalui beberapa guru yang masih berada di gerbang depan namun ada yang mengatakan sudah pulang, ada yang mengatakan tidak tahu.
“Mungkin sudah pulang Kaka,”ujar salah satu guru saat dimintai informasi oleh awak media.
Wartawan kemudian mencari guru honorer untuk dimintai keterangan terkait polemik gaji honorer di SMKN 5 Kota kupang yang menjadi atensi publik, namun hal tak terduga dialami wartawan saat mencari guru honorer ada salah satu satpam mengatakan bahawa beberapa guru honorer di ruang perpustakaan, lalu awak media lansung bergerak menuju ruang perpustakaan sambil menghidupkan kamera, wartawan memberi pertanyaan adakah guru honorer di ruangan ini?, lalu salah satu guru menjawab tidak.
Terlihat sekitar 6 orang guru didalam ruangan perpustakaan termasuk kepala sekolah.
Mirisnya kepala sekolah, Dra. Safirah Abineno lansung menanggapi wartawan dengan nada kasar, menurutnya tidak perlu ada yang diberitakan lagi, karena semuanya satu pintu dengan kepala dinas pendidikan.
“Wartawan keluar ini saya punya rumah, datang cari-cari apa disini, saya sudah bilang nanti bapak kadis yang bicara, bapak kadis masih di jakarta, tadi ibu sekretaris dinas pesan tidak boleh ada pemberitaan yang keluar dari sini, selain kepala dinas yang bicara.”cecarnya kepada wartawan.
Awak media pun berupaya menjelaskan, ini bukan persoalan dinas pendidikan, namun persoalan Kepala sekolah yang ingin dikonfirmasikan, yakni terkait dengan kedisiplinan kepala sekolah dan penyalahgunaan wewenang.
Wartawan menjelaskan Dra. Safirah Abineno, yang diduga sering masuk lewat pagar pintu belakang, dan menguasai mobil pemberian presiden Jokowi yang seharusnya difungsikan sebagai alat praktek bagi jurusan teknik otomotif, tetapi kini digunakan sebagai mobil operasional kepala sekolah.
Sudah dijelaskan namun tetap tidak di hiraukan oleh kepala sekolah, hingga wartawan meninggalkan ruang perpustakaan.