SUARANTT.COM,-Sekretariat Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) menjadi ruang diskusi penting pada Jumat (25/4/2025) dengan mengangkat isu krusial mengenai dampak perubahan iklim terhadap kehidupan masyarakat desa.
Diskusi yang menghadirkan narasumber, Yanus Nahak, dan Metri dari Komunitas Dale Ba Ita (DBI) bersama Nabila Fadilah selaku perwakilan Himaprodi Sosiologi ini menyoroti pengaruh langsung perubahan iklim pada sektor pertanian dan ketersediaan sumber daya alam di tingkat desa, serta peran strategis mahasiswa dalam merespons tantangan ini.
Yanus Nahak, perwakilan dari Komunitas Dale Ba Ita, saat diberi kesempatan oleh moderator Putri Naima, menyampaikan pengamatan langsung komunitasnya terhadap dampak perubahan iklim di lapangan. Ia menyoroti ketidakpastian pola musim yang kini menjadi momok bagi petani, mengacaukan siklus tanam yang telah menjadi tradisi. Selain itu, kekeringan berkepanjangan semakin memperparah kondisi, menyulitkan masyarakat desa dalam mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari maupun pertanian.
“Kami melihat bagaimana pola musim yang tidak menentu mengganggu siklus tanam, dan kekeringan berkepanjangan menyulitkan akses air bersih. Pemuda desa harus memiliki pemahaman yang kuat tentang isu ini agar dapat beradaptasi dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat,” tegas Yanus.
Lebih lanjut, Yanus mengkritisi praktik investasi perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang dinilai seringkali abai terhadap dampak lingkungan yang dirasakan langsung oleh masyarakat lokal. Pembabatan hutan secara berlebihan menjadi sorotan utama, dianggap sebagai pemicu utama ketidakseimbangan alam yang berujung pada krisis iklim dengan curah hujan dan musim kemarau yang sulit diprediksi, serta mengakibatkan gagal panen yang merugikan petani desa.
Ia juga menyinggung pengaruh sistem ekonomi politik kapitalisme yang menurutnya menempatkan pemerintah sebagai fasilitator kepentingan kapitalis. Hal ini tercermin dalam kebijakan-kebijakan kontroversial, seperti peralihan status Cagar Alam Mutis Timau menjadi Taman Nasional melalui kebijakan KLHK No. 946.
Narasumber kedua, Nabila Fadilah, memberikan perspektif akademis yang relevan bagi mahasiswa Sosiologi. Ia menekankan bagaimana pengetahuan teoritis yang dimiliki mahasiswa dapat diaplikasikan untuk memahami secara mendalam dinamika sosial yang terkait dengan isu lingkungan di tingkat desa.
“Pemahaman tentang struktur sosial, relasi kekuasaan, dan kearifan lokal menjadi kunci dalam merancang intervensi yang efektif dan berkelanjutan. Mahasiswa Sosiologi memiliki modal ini untuk menjadi fasilitator dan mediator yang baik di masyarakat,” jelas Nabila.
Nabila juga menegaskan bahwa persoalan ekologi adalah tanggung jawab kolektif. Ia mencontohkan polemik proyek Geotermal di Pocoleok sebagai ilustrasi kompleksitas isu lingkungan yang melibatkan berbagai pihak.
Selain itu, ia menyoroti dampak perubahan iklim terhadap pola migrasi, di mana tekanan ekonomi akibat menurunnya kualitas pertanian memaksa banyak pemuda desa mencari pekerjaan di luar daerah, yang pada gilirannya dapat menimbulkan permasalahan sosial baru di perkotaan.
Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan masyarakat dan anak-anak juga menjadi perhatian Nabila. Ia menyoroti penurunan kualitas gizi sebagai konsekuensi dari kesulitan mendapatkan pangan yang memadai akibat perubahan iklim.
Diskusi yang didominasi oleh mahasiswa Sosiologi ini berlangsung sangat interaktif, memicu berbagai pertanyaan dan gagasan konstruktif.
Lebih lanjut, Ketua Himaprodi Sosiologi UMK, Felixandra Hoi Balawala, menyampaikan apresiasinya atas antusiasme peserta dan kolaborasi dengan organisasi eksternal kampus dalam diskusi ini.
“Diskusi ini tidak hanya memperkaya pemahaman mahasiswa tentang dimensi sosial dari perubahan iklim, tapi juga sebagai memotivasi untuk kita bisa berkontribusi dalam mencari solusi yang berkelanjutan bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur,” ujarnya kepada media usai acara.
Felixandra juga berharap bahwa kegiatan ini menjadi langkah awal bagi Himaprodi Sosiologi UMK untuk terlibat lebih aktif dalam mengawal setiap isu yang berpotensi memberikan dampak luas, baik terhadap lingkungan maupun persoalan sosial lainnya di Nusa Tenggara Timur.