WISATA SEBAGAI OBJEK PERUBAHAN DAERAH

Berita163 Dilihat

Penulis; Ekson Umbu Dongu Mesa
Kampus: Universitas Tribhuwana Tunggadewi

WISATA SEBAGAI OBJEK PERUBAHAN DAERAH

Namun, dari berbagai harapan ini, kita masih menemukan kendala-kendala yang sangat tidak asing bagi masyarakat lokal kita di NTT. Pengakuan terhadap sebuah keindahan alam sebagai suatu destinasi wisata belum sepenuhnya mutlak diterima secara luas oleh masyarakat umum.

Pariwisata merupakan sektor multi dimensi, yang dalam perkembangannya tidak terlepas dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi perkembangan pariwisata antara lain: politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Faktor kestabilan politik dan keamanan merupakan pertimbangan utama para wisman untuk datang ke Indonesia.

Mengingat juga bahwa sektor kepariwisataan di Indonesia sendiri menjadi salah satu komoditi jasa

yang banyak berkontribusi pada perekonomian lokal. Hal ini dikarenakan Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya namun karena bentang alamnya yang eksotis, terdiri dari hutan, laut dan sungai yang dapat menghasilkan potensi wisata alam yang sungguh luar biasa .Serta kekayaan adat istiadat, keragaman budaya. Indonesia dikategorikan sebagai negara megadiversity.

Pembangunan suatu objek wisata dianggap penting, tetapi banyak contoh bahwa pembangunan objek wisata yang terjadi lebih condong dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan wisatawan yang berkunjung, tanpa mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan pemangku kepentingan setempat lainnya.

Mempelajari persepsi, pemikiran dan sikap masyarakat yang berada di sekitar Objek wisata menjadi penting. Sebagai kelompok yang merasakan langsung dampak pembangunan pariwisata, persepsi dan sikap masyarakat berkaitan dengan dukungan yang diberikan untuk keberhasilan pembangunan pariwisata selanjutnya. Menurut Ap (1992) dan Lankford (1994), bahwa persepsi dan sikap masyarakat terhadap dampak pariwisata menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan dan kebijakan agar pembangunan, pemasaran, keadaan operasional yang sedang berjalan, termasuk proyek dan program-program pariwisata masa mendatang dapat berhasil.

Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah daerah yang cukup luas secara geografis dan memiliki banyak potensi wisata dan budaya yang luar biasa. Kekayaan alam propinsi NTT sugguh menjadi dambaan bagi seluruh masyarakat NTT umumnya. Objek wisata di seluruh Provinisi Nusa Tenggara Timur hampir setiap hari dikunjungi oleh para wisatawan. Tak dapat dipungkiri peningkatan wiatawan asing yang datang ke NTT sungguh menakjubkan. Terhitung Agustus 2016, provinsi NTT didatangi oleh 14.000 atau meningkat 15% wisatawan. Secara umum, peningkatan wisatawan yang berkunjung ke NTT secara garis besar dipengaruh oleh pengakuan terhadap aset wisata Pulau Komodo oleh pemerintah pusat beberapa tahun yang lalu di Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu tujuh keajaiban dunia. Ada pun beberapa aset wisata yang paling menonjol akhir-akhir ini adalah Pulau Komodo, Labuan Bajo, Danau Kelimutu, Pink Beach, air terjun Matayangu, serta masih ada objek wisata yang tidak kalah indahnya seperti beberapa tempat yang disebutkan di sini. Keadaan objek wisata Nusa Tenggara Timur ini sebetulnya sangat berpengaruh bagi perkembangan ekonomi masyarakat setempat dan tentunya juga berpengaruh secara signifikan bagi pendapatan daerah. Namun, dari berbagai harapan ini, kita masih menemukan kendala-kendala yang sangat tidak asing bagi masyarakat lokal kita di NTT. Pengakuan terhadap sebuah keindahan alam sebagai suatu destinasi wisata belum sepenuhnya mutlak diterima secara luas oleh masyarakat umum. Kendala lain yang kita ketahui juga adalah mentalitas manusia atau masyarakat yang seringkali memanfaatkan tempat-tempat tersebut sebagai suatu kepuasan dan keinginan semata untuk merusak serta menghancurnya tanpa memiliki sikap respek terhadap alam yang ada. Privatisasi oleh pihak yang berkuasa atau kaum kapital serta oleh orang yang memiliki kepentingan tertentu semakin bergrylia. Lantas, kita bertanya dan berharap kepada siapa, ketika masyarakat dan pemerintah tidak berjalan bersama demi menunjang suatu potensi ekonomi yang baik. Urusan privatisasi oleh kaum kapital terhadap suatu objek tertentu masih terasa dan terus mengiang-ngiang dalam benak masyarakat NTT.

Di sini saya tidak lagi menyentil siapa dan di mana tempat yang seringkali dipersoalkan akibat privatisasi oleh kaum tertentu, namun secara umum masyarakat NTT sudah mengetahui semuanya. Objek-objek wisata yang terdapat di seluruh wilayah NTT seyogyanya adalah milik seluruh masyarakat NTT. Lantas masyarakat NTT akan mengetahui dan rasakan ketika wisatawan yang berkunjung ke daerah kita semakin banyak, maka nilai jual untuk kearivan serta kekayaan kreativitas lokal kita semakin meningkat.

Maka tidaklah heran kalau kita mengklaim keseluruhan objek wisata lokal kita adalah milik bersama masyarakat NTT, bukan milik komunal tertentu. Akan menjadi Sulit ketika masing-masing orang di daerah kita mengklaim objek-objek wisata yang ada sebagai milik pribadi, maka dampaknya bahwa pengelolahan, pemeliharaan dan pemberdayaanya tidak akan terfokuskan. Muncul pula mental destruktif yang dilakukan oleh segelintir orang terhadap objek wisata tertentu semakin meningkat. Kenyataan ini pun akibatnya karena tidak ada kontrol dan pengawasan yang jelas dari aparatur negara (baca; pemerintah). Kenyataan yang pernah kita saksikan bersama, ketika berkunjung ke beberapa tempat wisata di NTT adalah sampah-sampah plastik yang berkeliaran di pantai-pantai, pemboman ikan, pembakaran hutan yang kerapkali merusak ekosistem yang ada serta kenyataan lain yang kerapkali terjadi di pelosok daerah NTT tidak diperhatikan. Berangkat dari fenomena ini, maka dalam tulisan ini saya ingin memfokuskan dedikasi wisata bagi perkembangan ekonomi masyarakat NTT.

Mungkin kita lupa untuk menyadari manfaat hadirnya wisatawan yang datang ke daerah kita. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke beberapa objek wisata kita di NTT akan berpengaruh besar bagi masyarakat serta pendapatan daerah. NTT yang kaya akan kearifan lokal serta kreativitas lokal tidak dapat dipungkiri lagi. Karena itu, hal yang perlu dan patut kita lakukan sekarang adalah memberdayakan serta mengolah objek wisata untuk menghasilkan uang. Tidak mungkin tidak, ketika orang asing pulang dari satu daerah di NTT ini pasti membawa sesuatu sebagai buah tangan atau kenangan, serta berbagai cerita menarik tentang NTT. Dalam kalangan akademis bebagai ulasan yang bernada promosi tentang wisata NTT semakin intens. Lantas kita sebagai masyarakat yang benar-benar menyentuh langsung realitas objek wisata pasti memiliki nilai lebih dalam hal promosi.

Saya sangat yakin, nilai promosi dari kreativitas lokal masyarakat NTT pasti sangat luar biasa. Dengan demikian, beberapa hal konkrit yang kita lihat sebagai bentuk dedikasi peningkatan wisatawan yang datang mengunjungi objek wisata lokal NTT adalah; Pertama, dalam bidang ekonomi, peningkatan nilai jula pasar lokal semakin signifikan. Kreativitas lokal masyarakat NTT (kain-kain tenun setiap daerah serta kreativitas lokal lainnya) semakin mendunia. Kedua, dalam bidang pendidikan, masyarakat NTT sudah berlomba-lomba untuk mengenyam pendidikan pada tarafnya yang tinggi. Sehingga, sumber daya manusia semakin meningkat. Ketiga, perubahan gaya dan kontestasi dunia modern tidak menjadi asing lagi. Pola berpikir manusia semakin modern.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *