Penulis: Toto Iswanto Alrio Putra
Prodi : Ilmu komunikasi
Universitas : Universitas Tri Bhuwana Tunggadewi
MOTIF SEORANG IBU MEMBIARKAN DAN MEMUKUL KEPALA ANAKNYA YANG MENANGIS MINTA MAKAN DI DESA RAWA PANJANG
Alasan Gibran Tidak di Beri Makan Oleh Ibunya Sendiri
Di tengah padatnya kisah-kisah kehidupan di berbagai sudut dunia, kadang-kadang kita dihadapkan pada gambaran yang menggugah hati dan sekaligus membingungkan.
Salah satunya adalah ketika kita mendapati seorang ibu membiarkan dan bahkan memukul anaknya yang menangis meminta makan. Gambaran ini bukanlah sekadar gambaran yang kita temui dalam cerita-cerita di buku yang biasa kita baca, melainkan kenyataan pahit yang masih terjadi di beberapa sudut kehidupan nyata, bahkan di desa terpencil sekalipun.
Kejadian ini juga menyoroti masalah kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua untuk memberikan makanan yang cukup kepada anak-anak mereka. Reaksi publik terhadap kisah Gibran menunjukkan kepedulian terhadap kondisi sosial ekonomi yang sulit dialami oleh beberapa keluarga.
Dari kisa ini juga dapat menciptakan kesadaran akan pentingnya upaya bersama dalam mengatasi masalah kelaparan dan kemiskinan di masyarakat. Banyak yang menyampaikan simpati dan menawarkan bantuan kepada keluarga Gibran dan orang-orang yang berada dalam situasi serupa.
Dan kisah tersebut juga menggambarkan betapa pedihnya sebuah kehidupan bagi seorang anak kecil dan saudaranya, susah sekali mendapatkan makanan dari seorang ibu dan bisa juga itu akan mempengaruhi psikologi anak karena masalah kelaparan ini bukan lah masalah yang sepele,dan bahkan ini juga menjadi masalah besar terhadap orang dewasa yang dimana ketika kelaparan,ya kita akan sangat susah sekali untuk melakukan aktivitas dan bahkan sampai tidak mampu bergerak kerena kesakitan menahan kelaparan. Nah itu yang ditakuti oleh semua orang dan masalah yang begitulah yang selalu dihindari oleh banyak orang di dunia.
Desa Rawa Panjang, sebuah rumah kecil yang terletak di pedalaman juga menjadi latar belakang dari kisah yang tidak mengenakan ini. Di sinilah seorang ibu, yang dalam pandangan banyak orang seharusnya menjadi pelindung dan pengayom bagi anak-anaknya, malah terlibat dalam tindakan yang mengejutkan banyak orang. Anaknya, seorang bocah kecil yang tidak lebih dari lima tahun, menangis meminta makanan, tetapi ibunya justru memilih untuk mengabaikannya dan bahkan memberinya hukuman yang tidak enak dilihat .
Yang menjadi alasan orang jadinya ya, mengapa seorang ibu bisa melakukan hal seperti itu kepada anaknya sendiri? Apa motif di balik perilaku yang seakan bertentangan dengan perasaan kasih sayang seorang ibu? alasan tersebut bisa menjadi kompleks dan seringkali tidak mudah dipahami, tetapi melalui pandangan yang cermat, kita dapat mencoba memahami latar belakang yang memengaruhi faktor itu.
Salah satu motif yang mungkin menjadi penyebab perilaku tersebut adalah tekanan ekonomi. Desa Rawa Panjang dikenal dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, dimana mencari nafkah merupakan tantangan yang nyata bagi banyak keluarga.
Dalam situasi yang kaya beini, seorang ibu mungkin merasa putus asa dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya, termasuk makanan. Rasa frustasi dan keputusasaan itu dapat memicu respons yang tidak rasional, seperti memukul anak sebagai bentuk penyaluran emosi negatif.
Selain itu, yaa bisa saja karna memang kebiasaan ibu itu,dan karakternya juga bisa memainkan peran penting dalam kasus seperti ini. banyak orang mungkin memiliki pandangan yang keras terhadap mendidik anak, di mana hukuman fisik dianggap sebagai cara yang sah untuk mendidik anak-anak.
Dalam kasusu ini, ibu ini mungkin merasa bahwa memukul anaknya yang menangis adalah tindakan yang wajar untuk menegakkan otoritasnya sebagai orang tua. Meskipun pandangan ini mungkin tidak sepenuhnya diterima di berbagai budaya, namun tetap saja menjadi faktor yang memengaruhi perilaku ibu tersebut.
Selain tekanan ekonomi dan faktor budaya, ibu itu juga mungkin mnengalami masalah psikologis karena masalah keluarganya itu,it juga bisa menjadi motif yang kuat di balik perilakunya yang membiarkan dan memukul anaknya yang menangis meminta makan. Yah mungkin bisa saja karna depresi, kecemasan, atau bahkan trauma masa lalu juga menjhadi beberapa contoh kondisi psikologis yang dapat memengaruhi pemikiranya seseorang untuk merespons secara wajar terhadap kebutuhan anak-anaknya. Seorang ibu yang mengalami masalah psikologis mungkin tidak mampu mengontrol emosinya dengan baik, sehingga cenderung merespons dengan kekerasan atau pengabaian.
Dalam melihat motif di balik perilaku seorang ibu yang membiarkan dan memukul anaknya yang menangis meminta makan di Desa Rawa Panjang, kita harus memahami bahwa setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman hidup yang unik. Meskipun tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan dalam konteks apapun, namun perlu juga kita pahami sebagai panggilan untuk tindakan lebih lanjut.
Upaya untuk memberikan bantuan sosial, pendidikan, dan dukungan psikologis bagi keluarga yang rentan dapat menjadi langkah awal dalam mencegah kasus serupa terjadi di masa depan.
Dengan demikian, melalui pemahaman yang mendalam tentang motif di balik perilaku tersebut, kita dapat mengambil langkah-langkah yang mengarah untuk mencegah terulangnya kejadian yang menyedihkan ini. Setiap anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang, dan kita sebagai masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa hak tersebut terpenuhi untuk setiap individu, tanpa terkecuali.
Dan juga itu bisa dijadikan pelajaran untuk banyak orang,yang dimana setiap orang memiliki karakter masing-masing dalam mendidik anak,namun juga harus selalu memperhatikan kesehatan anak,serta kebutuhan makannya, karena itu lah peran kita yang sekarang sebagai orang tua.dan juga ini menjadi suatu koreksi bagi setiap pemerintah daerah untuk selalu memantau seluruh keadaan masyarakatnya agar terhindar dari kasus seperti Gibran ini hanya karna faktor ekonomi lalu jadi harus menangis untuk meminta makan kepada orang tuanya.karena ini juga mempengaruhi kesehatan dan masa depan anak,ketika dimasa kecil sudah harus menelan pengalaman pahit,akan sangat mengganggu sudut pandang dia terhadap keluarganya,dan itu juga bisa menjadi sebuah ancaman yang serius.K arena didikan orang tua yang terlalu keras,bisa dipastikan juga secara pendidikan akan mengganggu perkembangan anak seperti gibran dan adik-adiknya.karena masa sulit itu bisa saja menjadi alasan untuk mereka memberontak dan b isa daja menjadi berubah baik.dan dari kasus Gibran ini kita juga bisa mengambil kesimpulan didalamnya,seperti kerap biasanya orang merasa bahwa hidup itu yang penting hidup, tidak mengganggu orang lain,dan tidak mau berurusan dengan orang lain,dan di kasus Gibran ini sudah terjawab bahwa kita harus bisa mengubah pola pikir kita dan mempersiapkan diri kita dalam jumlah hari yang akan kita lewati agar kita bisa mengerti apa yang baik untuk masa depan kita, untuk karir kita,dan tidak sembarangan memilih dan mengambil keputusan dalam hidup,agar ketika susah siap memilih pasangan hidup dan sudah memiliki anak,kita sudah siap dan tidak akan terjadi hal yang membuat anak nangis hannya karena minta makan. Dan kita juga selau bisa bertanggung jawab atas apa yang sudah kita persiapkan dan yang sudah kita lakukan.
Dari kasus Gibran ini, Mungkin banyak orang mengira bahwa kehidupan sangatlah rumit,dan bisa saja akan takut dalam mengambil tindakan dan keputusan karena takut salah langkah, tapi ketahui lah bahwa itu bakan menjadi sebuah penguji bagi kita yang dimana itu akan menjadi sebuah pilihan yang akan menentukan kebanggaan dan sebuah kebahagiaan untuk kita kedepan nantinya.
Dan dari saya pribadi, saya sangat merasa tertantang menjalani hidup saya sekarang, yang dimana dari kasus Gibran ini sudah menjadi pertanyaan bagi saya tentang apakah saya sudah siap menjadi seorang ayah nantinya? Dan apakah sudah ada plening dalam hidupmu sekarang? Dan itu membuat saya selalu berpikir dan menjadi masalah yang memang harus saya tuntas kan dalam hidup saya dimasa sekarang. Dan juga akan menjadi sebuah alaran untuk saya ketika mulai lupa tentang arti diri saya saat ini, dan banyak sekali alasan lainya.
Dari kasus gibran ini juga mewakili kita semua yang masih muda,bahwasanya kita tidak bisa bermain-main dengan kehidupan ini dan dipersiapkan semua mulai dari sekarang dan buat kehidupan kita nantinya akan menjadi sebuah kehidupan yang bisa menjadi sebuah obat karena kebahagiaan dan kesejahteraan yang kita nikmati nantinya.