Faktor Ekonomi Mempengaruhi Minat Baca Anak: SMPN 1 Kuteng Sudah Lakukan Hal Ini?

Kupang-SuaraNTT.com,-Sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 1 Kupang Tengah, (Spensa Kuteng) kabupaten Kupang, berupaya melakukan perbaikan terhadap minat baca anak didik dengan memberi waktu 15 menit untuk membaca sebelum proses belajar mengajar di mulai.

Upaya memperbaiki literasi sudah dilakukan selama 10 tahun di lembaga pendidikan (Spensa Kuteng) namun hasilnya belum maksimal, lantas diketahui belum semua anak didik bisa membaca sehingga ada hal lain yang mempengaruhi minat baca anak didik.

Hal ini di ungkap oleh Yavet I. Sinlae, S.Pd selaku wakabid Sarana Prasara di lembaga (Spensa Kuteng), bahwa sudah berupaya dengan alokasi dana BOSP guna pengadaan buku setiap tahun,

“Anak-anak diberikan buku setiap tahun, dari Dana BOS kalau di sekolah anak-anak pegang buku 3 bulan saja sudah rusak, kalau hanya sampul yang rusak baik tapi kalau isi dalam yang rusak maka harus beli ganti.”ujarnya

Yavet Sinlae menambahkan, darurat literasi Atau minat baca anak didik yang dialami bangsa Indonesia bukan seolah-olah kesalahan guru disekolah namun tanggungjawab orang tua juga. Menurutnya faktor lain diluar sekolah sangat mempengaruhi minat baca anak, seperti faktor ekonomi.

Wakabid Saspra katakan usia anak sekolah SMP, yang seharusnya usia-usia untuk belajar namun harus memikul beban orang tua dengan membantu bekerja di sawa atau di ladang sehingga membuat anak didik tidak nyaman dalam belajar.

“Saya juga punya anak jadi saya tahu, anak-anak kalau nyaman dalam belajar itu bagus tapi kalau fokusnya terbagi dengan beban keluarga misalnya bantu kerja kebun dan lain-lain maka anak tidak akan nyaman belajar.” Beber Sinlae.

Sinlae juga menyimpulkan bahwa, memperbaiki literasi harus memperhatikan semua faktor terutama soal kenyamanan dan keamanan anak didik dalam belajar.

Upaya memperbaiki literasi juga menjadi perhatian pemerintah, dengan membuat regulasi dan juga kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh Kemendikbudristek dalam mendorong minat baca anak Indonesia dengan menggelontorkan dana 9/% melalui bantuan operasional satuan pendidikan (BOSP) untuk membeli buku.

Mirisnya, secara keseluruhan Indonesia dijuluki negara darurat literasi, sesuai pengamatan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) minat baca anak indonesia 0,001% artinya dari 1000 anak Indonesia hanya satu orang yang memiliki niat membaca, hal ini membuat geram anggota DPR RI komisi X Anita Jacoba Gah, yang lantang bersuara terkait pendidikan anak Indonesia.

Tidak puas dengan kategori darurat literasi Anita Gah, mendorong Kemendikbudristek untuk lakukan Workshop pendidikan khusus penguatan literasi, dan dirinya berjanji akan mendorong kementrian untuk bisa memfasilitasi semuanya agar bangsa indonesia bisa keluar dari darurat literasi.

Dan untuk diketahui, Anita Gah setelah Laksanakan workshop pendidikan di hotel Aston Kupang pada tanggal 13 Oktober 2023 juga berkomitmen untuk mewajibkan guru menulis buku, menurutnya jika seseorang menulis satu buku maka harus membaca beberapa buku untuk jadikan referensi, sehingga jika 100 orang guru menulis buku maka sudah lebih dari 100 buku yang dibaca hal ini bisa memperbaiki minat baca anak Indonesia.” Ungkap Anita Kepada ratusan guru SD dan SMP di Kabupaten Kupang yang hadir dalam Workshop pendidikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *