SUARA NTT.COM, TTS– Pj Bupati Timor Tengah Selatan (TTS), Edison Sipa, melakukan inovasi yang bertujuan memutus mata rantai sistem ijon yang selama ini merugikan para petani di daerah Rata Bena. Melalui sistem ijon, para tengkulak biasanya memberikan pinjaman kepada petani sebagai modal, namun petani terpaksa membayar dengan hasil panen beras yang diambil dengan harga sangat rendah, berkisar antara Rp6.000 hingga Rp7.000 per kilogram.
Dalam upayanya membantu petani mendapatkan harga yang layak, Edison Sipa menggandeng Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyerap beras hasil panen petani dengan harga lebih tinggi. Bulog kini membeli beras kualitas medium dengan harga Rp11.000 per kilogram dan beras kualitas premium dengan harga Rp12.000 per kilogram. Langkah ini diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani.
“Salah satu penyebab kenapa petani di Bena tidak sejahtera adalah karena terjebak dalam sistem ijon. Kami ingin memutus rantai ini dengan bekerja sama dengan Bulog dan Bank NTT,” ungkap Sipa saat ditemui di gudang Bulog usai memantau penjualan beras petani ke Bulog pada Senin, 4 November 2024.
Selain Bulog, Bank NTT juga turut serta dalam upaya ini dengan menyediakan program Kredit Merdeka, yaitu pinjaman tanpa bunga untuk para petani agar mereka tidak lagi tergantung pada tengkulak. Melalui program ini, petani dapat memperoleh pinjaman hingga Rp10 juta sebagai modal untuk mengolah lahan pertanian mereka.
“Sekarang, kalau petani butuh modal, mereka bisa langsung pinjam di Bank NTT lewat Kredit Merdeka. Pinjaman ini tanpa bunga dengan plafon hingga Rp10 juta. Beras hasil panen juga diambil Bulog dengan harga yang jauh lebih baik, yakni Rp11 ribu untuk kualitas medium dan Rp12 ribu untuk kualitas premium,” terang Edison Sipa yang juga mantan Kepala Dinas Pendidikan.
Kepala Gudang Bulog, Teguh Nuvem, menjelaskan bahwa Bulog telah membeli beras dari petani Rata Bena sebanyak tiga kali. Untuk kualitas premium, Bulog telah membeli total 9,4 ton, sedangkan untuk kualitas medium sebanyak 4 ton. Beras ini rencananya akan digunakan untuk kebutuhan pegawai negeri sipil (PNS) atau akan dijual kembali sesuai dengan kebutuhan Bulog.
“Kami melihat kebutuhan ke depan, beras ini bisa digunakan sebagai beras jatah PNS atau bisa dijual kembali sesuai kebutuhan,” jelas Teguh.
Teguh juga memberikan catatan bagi para petani agar memperhatikan kualitas beras mereka untuk masa depan. Menurutnya, kualitas beras yang lebih baik dapat memberikan harga jual yang lebih tinggi. Ia menyarankan agar petani meningkatkan mutu dari segi kadar air dan mengurangi jumlah butiran beras yang patah, meski secara warna dan aroma sudah cukup baik.
“Petani perlu memperhatikan kadar air dalam berasnya dan mengurangi butiran yang patah. Dengan kualitas yang lebih baik, tentu harga juga bisa lebih tinggi,” pungkas Teguh.
Langkah ini menjadi harapan baru bagi petani di Rata Bena agar dapat terbebas dari jeratan sistem ijon dan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik.