Pertama Dalam Sejarah Guru Honor di SMKN 5 Kota Kupang Usir Pengawas Pembina Saat Rapat

Berita214 Dilihat

Kupamg-suaraNTT.comSalah satu guru honorer  mengusir pengawas pembina SMKN 5 kota Kupang saat rapat senat penentuan kenaikan kelas di sekolah  menengah kejuruan Negeri SMKN 5 kota Kupang, mencatat sejarah baru di lingkungan sekolah, bagaimna tidak? Kejadian itu baru pertama terjadi, saat civitas akademika sekolah menengah kejuruan SMKN 5 kota kupang yang menjadi pusat unggulan di NTT ini, mengadakan rapat senat untuk penentuan kenaikan kelas, namun di selah-selah rapat terjadi keributan.

Informasi yang diperoleh media ini, Kamis (20/6/2024), keributan dipicu saat para guru menuntut pembayaran gaji dan tunjangan yang anggarannya berasal dari dana BOS, namun bendahara Sekolah mengatakan khas bendahara tidak ada dana, karena dana bos telah dipinjam pakai, tanpa disebutkan siapa yang meminjam dana tersebut.

Alfred Atabuna,S.Pd guru honor di SMKN 5 kota Kupang membuat kaget civitas SMKN 5 kota kupang, saat diberi kesempatan berbicara lansung mencecar Dra. Olga Lilipory selaku pengawas pembina di sekolah SMKN 5 kota Kupang.

Alfred mengatakan sangat fatal dan keliru jika Pengawas Pembina tidak tahu selama ini konflik yang di alami para guru honorer ataupun ASN dibawa kepemimpinan kepala sekolah Dra. Safirah C. Abineno.

Dikatakan Alfred Atabuna atau biasa disapa guru Alen disekolah tersebut, bahwa pengawas pembina dari dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi NTT, tidak memahami tugas dan fungsinya, karena sebagai pengawas apalagi pembina harusnya tahu setiap persoalan yang ada di sekolah tersebut.

Dalam pantauan media, melalui vidio singkat berdurasi 42 detik, guru Alen mengatakan sebaiknya pengawas pembina pulang saja, karena jabatan yang dimilki tidak dijalankan secara baik.

Dirinya menjelaskan betapa sakitnya guru-guru dibawa kepemimpinan kepala sekolah Dra. Safirah Abineno, sehingga perlu menjadi perhatian dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi NTT.

“Yang kami butu sekarang adalah aksi nyata bukan cerita hoaks seperti yang ibu (pengawas pembina) sampaikan, pelayanan tetap pelayanan kita hargai itu “sakit ibu,”ucap guru Alen dengan tatapan tajam menuju  Dra. Olga Lilipory selaku pembina pengawas di SMKN 5 kota Kupang.

Menurut guru Alen, harusnya Dra. Olga Lilipory sebagai  pembina pengawas sudah mengetahui persoalan yang ada disekolah tersebut namun kenyataannya tidak mengetahui sehingga mengundang Amara para guru.

“Kalau ibu mau bicara menyangkut dengan persoalan memangnya ibu baru disini? Sudah hampir sekian tahun ini, lantas bagaimna mungkin hari ini baru mengetahui persoalan di SMKN 5, Fatal sekali ini ibu  saya mau bilang fatal, ibu punya tugas pokok dan fungsi tidak berjalan ini.”cecarnya.

“Kami ini sudah orang susah baru datang cari hidup di ini lembaga bikin kami tambah susa lagi,”tambah dia

Lebih jauh Alfred Atabuna, mengatakan dengan tegas bahwa SMKN 5 penuh dengan persoalan, namun pernyataan pengawas pembina bahwa dirinya baru mengetahui adanya persoalan merupakan suatu hal yang fatal dan keliru.

“Fatal sekali ibu ini, kalau hari ini baru ibu mengetahui ada persoalan di SMKN 5 kota Kupang itu keliru dan ibu pulang saja kasih tahu kepala dinas kalau kami guru-guru yang usir,”tambah Alen biasa ia disapa.

Sementara guru lain yang dikonfirmasi membenarkan adanya keributan tersebut dalam rapat.

Yakobus Boro Bura,S.Pd salah satu guru ASN mengatakan bahwa kejadian tersebut merupakan catatan sejarah baru di SMKN 5 kota Kupang.

“Sebenarnya kita semua tidak inginkan hal itu terjadi, kita mau sekolah ini jadi baik dan kita semua bekerja sesuai dengan tupoksi kita,”ujarnya.

Menurutnya pertengkaran dalam forum karena berbeda pendapat itu hal biasa, selagi tujuannya untuk kebaikan.

Yakobus Boro Bura, mengatakan dinamika hari ini sangat memalukan dimana adapula guru honorer yang merasa kecewa dan sakit hati, karena haknya tidak diberikan pimpinan sekolah, hingga harus mengusir pengawas pembina yang diundang dalam rapat.

“Bagi saya hal macam tadi tidak harus terjadi, apa lagi sampai mengusir pengawas pembina, ini baru terjadi di SMKN 5 kota Kupang selama saya mengabdi disini, tapi ini semua karena cara memimpin kepala sekolah sudah tidak sesuai dengan harapan guru-guru,”tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *