Kupang-suaraNTT.com,-Ambrosius Kodo, Kapala dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi nusa tenggara timur NTT, Enggan berkomentar terhadap persoalan pendidikan di NTT dengan alasan baru dua bulan menjabat sebagai Kadis P dan K.
Terkait persoalan pendidikan di pulau Semau kabupaten kupang yakni Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Nusa Bungtilu yang tidak beroperasi secara normal, menjadi keluhan masyarakat.
Informasi yang diperoleh, dari orang tua murid, bahwa anak-anak didik yang berkebutuhan khusus di SLBN ditelantarkan semenjak terjadi pergantian kepala sekolah di tahun 2022.
Semenjak dipimpin kepala sekolah Frida L. Bissilisin, S.Pd proses belajar mengajar mengalami mandek, dan siswa/siswi SLBN Nusa Bungtilu tidak lagi bersekolah seperti biasanya.
Persoalan tersebut kini menjadi bidikan wartawan untuk mengungkap carut-marut pendidikan di SLBN Nusa Bungtilu, hingga wartawan melakukan investigasi dan memberitakan ke publik, namum Mirisnya kepala dinas P dan K NTT, menolak untuk diwawancara media karena menurutnya persoalan tersebut belum dipahami.
Ambrosius Kodo, kemudian mengarahkan wartawan bertemu dengan kabid PKLK provinsi NTT.
“Lansung ketemu dengan Kabid PKLK saja saya belum paham karena saya baru 2 bulan jadi Kadis.” Ujar Ambrosius saat dihadang wartawan untuk meminta tanggapan di ruang tamu Dinas Pendidikan dan kebudayaan provinsi NTT, Rabu 29 Mei 2024.
Sementara Kabid PKLK saat ditemui media, dirinya juga tidak ingin berkomentar dengan alasan masih sibuk dengan kegiatan perlombaan.
Sikap dingin Kadis P dan K yang tak ingin diwawancara, dengan alasan tidak memahami persoalan pendidikan yang terjadi di NTT, khususnya pulau Semau kabupaten kupang, tempat lahir mantan gubernur NTT Victor Bungtilu Laiskodat, menjadi buah bibir masyarakat.
Salah satu warga asal semau, yang enggan namanya disebut dalam pemberitaan ini, sesalkan sikap Kadis P dan K, menurutnya sebagai kepala dinas harus sigap dan cepat dalam merespon persoalan pendidikan di NTT.
“Miris kalau sekelas kepala dinas, sudah 2 bulan tapi belum tahu masalah pendidikan di NTT, itu lebih baik jadi tukang sapu jalanan, “cecar salah satu orang tua murid kepada media ini, (29/5/).
Laporan: Mr. Alopada