Kupang-suaraNTT.com,-Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Kupang Santo Fransiskus Xaverius menggelar diskusi publik dengan tema, “NTT dalam bingkai pilkada serentak 2024” yang berlangsung di Aula Undarma Kupang Sabtu (1/6/2024).
Ketua presidium PMKRI cabang Kupang, Delliyon Yoram Heton yang hadir dalam diskusi sebagai Opening Speech, mengatakan carut marut pembangunan di Nusa tenggara timur membuat NTT sedang berada dalam posisi degradasi politik.
Menurutnya situasi politik hari ini tidak sejalan dengan undang-undang dasar 1945 dan Pancasila.
“Kebetulan hari ini pas hari lahir Pancasila, namun situasi politik di NTT tidak searah dengan Pancasila,” ujar Delliyon.
Delliyon mengatakan tantangan masyarakat NTT adalah banyaknya hutang yang ditinggalkan pemerintah daerah Nusa tenggara timur, seperti persoalan bank NTT, hutang 1,3 trilion yang belum bisa ditanggulangi.
Ketua PMKRI cabang Kupang juga menyinggung persoalan pendidikan menurutnya masih ada daerah yang terjajah oleh sistem sehingga berdampak pada proses pendidikan.
“Ada yang sudah bagus tapi ada juga didaerah yang masih banyak kekurangan khususnya fasilitas pendidikan.” Tuturnya.
Selain itu masalah air bersih juga masih menjadi tantangan, ia melihat beberapa wilayah di NTT mengalami kekeringan, padahal pemerintah pusat sudah menggelontorkan dana begitu besar untuk membangun bendungan, dan embung-embung untuk menjawab kebutuhan air bagi masyarakat.
Menurutnya perlu ada pembenahan sistem pemerintahan di daerah NTT, agar tidak terjadi persoalan dalam menjalankan program-program yang baik dari pemerintah pusat.
Lebih lanjut dia mengatakan ada sekian banyak persoalan yang menjadi tanggungjawab bersama, sehingga dalam bingkai pemilihan kepala daerah serentak 2024 di NTT bisa menjadi momentum untuk generasi muda memastikan hak demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Akademis sekaligus pengamat politik muda NTT, Yefta Arianto Sabaat,S.IP.,M.IP yang menjadi Nara sumber,dalam diskusi publik kali ini, mengatakan Pemuda adalah harapan dan kekuatan NTT yang akan membawa perubahan positif bagi masa depan.
“Pemilu 2024 adalah kesempatan kita untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembentukan arah politik dan kebijakan negara kita, sebab kita memiliki peran besar dalam memastikan bahwa pemilu ini berjalan dengan baik yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokratis,” ungkapnya.
Dosen Ilmu Politik Undana ini juga mengatakan, dalam dunia politik tak terhindarkan soal Kos Politik, atau modal politik dan hal itu harus dimanimalisir, sebab seorang politisi harus memiliki basis ekonomi, basis Sosial basis intelektual, dan basis-basis yang lain untuk menjadi pemimpin.
Menurutnya, konsolidasi Pemuda dan mahasiswa ini merupakan wadah untuk mengumpulkan ide-ide brilian dari seluruh elemen Pemuda dan mahasiswa di NTT.
Melalui diskusi konsolidasi ini kita dapat berbagi pemikiran, pengalaman dan rencana untuk menjadikan yang lebih baik.
Yefta Sabaat mengatakan, kontrol sosial di Indonesia khususnya di NTT mengalami kemunduran, kurangnya rasa peduli dan daya kritis terhadap setiap kebijakan pemerintah yang merugikan masyarakat, sehingga NTT sulit keluar dari posisi tertinggal dan termiskin.
“Kita harus bekerjasama dalam mengawasi atau mengontrol segalah sendi aktivitas pemerintahan, kita juga harus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hak suara serta menghindari segala bentuk pelanggaran yang dapat merusak proses Demokrasi,”ujar Yefta.
Oleh sebab itu, Pemuda dan mahasiswa NTT memiliki potensi yang besar untuk menciptakan perubahan yang positif dengan semangat persatuan dan semangat kebersamaan.
“Kita akan bersama-sama menjaga baik pemilu 2024 ini, mari kita bersatu berkolaborasi dan berkomitmen untuk memastikan bahwa suara Pemuda dan mahasiswa NTT didengar dan dihargai dalam pemilu mendatang,”ucapnya.
Sementara itu, Yohanes Jimmy Nami,S.IP.,M.IP yang juga merupakan dosen ilmu politik Undana mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dengan landasan bahwa pemilu 2024 adalah pesta demokrasi untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Selain itu, Jimmy biasa ia disapa, mengatakan peran partai politik sangat berpengaruh dalam pembangunan, jika ingin merubah maka harus terlibat dalam partai politik, dijelaskan terlibat dalam politik bukan berarti harus menjadi kader partai, namun berempati atau peduli dengan dinamika partai politik karena harus terjadi perubahan dalam sistem partai barulah bisa terjadi perubahan dalam bangsa ini.
“Bayangkan untuk menjadi calon saja harus melalui partai apalagi pengambilan kebijakan.” Jelasnya dalam menjawab pertanyaan peserta diskusi penting atau tidaknya sebuah partai politik.
Jimmy menegaskan, kini sulit menentukan pemimpin yang ideal dari rahim partai politik namun harapan mewujudkan sila ke 5 dari Pancasila adalah memaknai setiap sila secara sistematis dan terstruktur.
Menurutnya harus mulai dari sila pertama untuk mencapai sila ke 5, bahwa Ketuhanan yang maha Esa, harus menjadi basis Spiritualitas, kemanusiaan yang adil dan beradab harus menjadi basis Moralitas, persatuan Indonesia menjadi basis Sosial, dan Kerakyatan yang dimpinan oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan harus menjadi basis politik.
Maka kata Jimmy dengan sendirinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang adalah tujuan berbangsa dan bernegara akan terwujud.
Senada dengan Yefta Sabaat, ia menegaskan kurangnya kontrol sosial menjadi alasan NTT berada pada posisi stagnan, atau tetap berjalan ditempat.
Dikatakan Jimmy masyarakat NTT, termasuk pemuda dan mahasiswa belum ada kesadaran penuh, melakukan kontrol sosial,
“Naah ini yang sulit, kita anak-anak muda, tidak berani kritik, bagaimna mau kritik kalau peduli saja tidak, apalagi tidak paham, pasti kita akan nonton saja saat rakyat menderita.” Tuturnya
Selain Dua orang dosen muda dari Universitas Nusa Cendana (Undana Kupang), ada juga Dosen Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang yang menjadi Nara sumber yakni, Dr. Urbanus Ola, M.Si.
Dirinya memberi apresiasi kepada dua dosen muda sekaligus pengamat politik muda yakni Yefta Sabaat, S.IP.,M.IP dan Yohanes Jimmy Nami,S.IP.,M.IP yang sementara cukup terkenal di kalangan anak muda dan mahasiswa, menurutnya kedua orang yang memberikan materi memiliki rekam jejak yang cukup, walaupun masih sangat muda.
“Saya apreasi kalau mereka dua sudah bicara itu soal nilai-nilai demokrasi dan Pancasila apa lagi dalam bingkai politik itu sudah selesai saya yakin adik-adik disini sudah tahu siapa mereka.”ujarnya mengawali diskusi.
Selain itu, Dr. Urbanus Ola juga memberi apresiasi kepada. Para kader PMKRI yang melibatkan diri dalam diskusi publik dengan tema yang luar biasa, yakni “NTT dalam bingkai pilkada serentak 2024”
“Kalian luar biasa, hanya aktivis organisasi yang dapat kesempatan diskusi seperti ini, dan kalau bukan PMKRI tidak mungkin kita hari ini duduk bersama seperti ini,” ujar Urbanus Ola.
Dirinya juga berpesan, agar kelak menjadi kader yang berjuang sesungguhnya untuk kepentingan rakyat.
“Kalian harus tanamkan dalam diri, jika kelak menjadi politisi maka berjuanglah dengan terlibat dan berpihak pada rakyat, agar karir dan nafasmu panjang,” Tuturnya sebelum mengembalikan Mic kepada moderator.
Presidium Germas, Clara Yunita Tefa, usai memandu diskusi publik, kepada media mengatakan kegiatan berjalan cukup sukses, karena terlihat adanya antusiasme dari peserta.
“Hari ini kegiatan luar biasa, adik-adik anggota muda PMKRI begitu semangat dan antusias terlibat aktif dalam diskusi publik oleh para Nara sumber.”ujar Yuni Sapaan Akrabnya.