Limbah PLTU Timor-1 Diduga Mencemari Rumput Laut di Kabupaten Kupang, Kadis DLHK NTT Mengelak

Berita1712 Dilihat

Kupang-suaraNTT.com,-Kepala dinas lingkungan hidup dan kehutanan mengelak atau tak mengakui adanya pencemaran ekosistem laut yang disebabkan limbah dari PLTU Timor-1 yang berlokasi di kecamatan kupang barat, kabupaten kupang.

Bantahan tersebut berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh laboratorium terakreditasi yang berada di luar NTT, yakni Surabaya.

“Tidak ada pencemaran, hasil LAB dari undana bukan tidak digunakan, tapi tidak sah karena tidak terakreditasi, akhirnya kita rekomendasi untuk gunakan LAB dari Surabaya,”ujarnya saat di temui wartawan Senin 27 Januari 2025.

Ia menjelaskan, kerusakan yang terjadi pada rumput laut, bisa saja pembibitan yang bermasalah, seperti gunakan bibit berulang kali akan berdampak pada hasil.

Ket Gambar, Kerusakan rumput laut di kupang barat
Ket Gambar, Kerusakan rumput laut di kupang barat

Sebelumnya diberitakan media, Operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Timor-1 yang berkapasitas 2 x 50 MW di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), menimbulkan keresahan warga. Pasalnya, kelompok pembudidaya rumput laut di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, mengeluhkan kerugian besar akibat limbah dari PLTU tersebut.

Oktaf Aleksander Saketu, Ketua Umum Pembudidaya Rumput Laut, mengungkapkan bahwa sejak PLTU beroperasi pada tahun 2023, hasil panen rumput laut mereka mengalami penurunan drastis.

“Kami sudah melakukan aksi protes beberapa kali, namun masalah ini belum juga terselesaikan,” ujarnya saat ditemui di kediamannya pada Kamis, (23/1/2025).

Menurut Oktaf, limbah air panas dari PLTU yang dibuang ke laut diduga telah mencemari perairan dan merusak ekosistem laut.

“Kami menduga ada campuran oli dan solar dalam limbah tersebut yang menyebabkan rumput laut kami terserang penyakit dan mati,” terangnya.

Dugaan pencemaran ini diperkuat oleh hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi NTT dan Universitas Nusa Cendana (Undana).

Hasil Uji LAB Undana Tahun 2023
Hasil Uji LAB Undana Tahun 2023

Hasil uji awal menunjukkan adanya kadar minyak yang sangat tinggi dalam sampel air laut di sekitar PLTU. Namun, hasil uji ulang yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup di Surabaya justru menyatakan bahwa kadar minyak berada di bawah baku mutu.

“Kami curiga ada permainan data dalam proses uji laboratorium ini,” tegas Oktaf.

Ia juga menanyakan, “Bagaimana mungkin hasil uji laboratorium bisa berbeda secara signifikan? Ini sangat meragukan,” ucapnya.

Hasil Uji LAB di Surabaya
Hasil Uji LAB di Surabaya

Kerugian yang dialami para petani rumput laut akibat kejadian ini sangat besar. Oktaf memperkirakan total kerugian mencapai Rp23 miliar selama dua tahun terakhir.

“Ini adalah hasil akumulasi kerugian dari 85 keluarga petani rumput laut,” imbuhnya.

Sebelum tahun 2023 musim penyakit rumput laut hanya berlangsung di bulan Oktober tiap tahunnya, tapi sekarang bahkan sepanjang tahun.

Akibatnya, hasil panen hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pembibitan ulang.

Kerusakan ekosistem laut akibat operasi PLTU Timor-1 tidak hanya berdampak pada petani rumput laut, tetapi juga pada nelayan.

Penurunan hasil tangkapan ikan dan kerusakan terumbu karang menjadi masalah baru yang harus dihadapi oleh masyarakat pesisir.

“Sebelumnya katong sonde sesusah sekarang untuk cari hidup di laut. Sekarang ini untuk ikan makan saja katong musti mencari jauh. Dulu hanya beberapa jalah saja katong sudah bisa dapat banyak ikan, sekarang mau banyak jalah juga ikan sonde ada,” ujar Answer Saketu, salah satu nelayan.

Kami meminta pemerintah untuk melakukan investigasi independen terhadap masalah ini.

“Kami juga meminta agar PLTU Timor-1 menghentikan sementara operasinya hingga masalah pencemaran lingkungan teratasi,” tambahnya.

Menanggapi keluhan warga tersebut, pihak PLN melalui Asisten Manajer, Lalu Irlan Jahyadi menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini.

Terkait dengan penurunan produktivitas rumput laut, Irlan mengungkap bahwa tidak ada pelepasan panas dari proses pembangkitan yang dapat merusak ekosistem laut.

“Yang kami lakukan adalah memurnikan air laut untuk pendinginan, bukan membuang panas ke laut,” ujarnya saat ditemui awak media pada Jumat, 24 Januari 2024.

Ia juga mengaku bahwa PLN tengah bekerja sama dengan Universitas Politeknik Kupang untuk melakukan studi mendalam guna mengidentifikasi penyebab penurunan produktivitas rumput laut.

“Kami ingin mengetahui secara pasti apakah penurunan ini disebabkan oleh operasional pembangkit, perubahan iklim, atau faktor lainnya seperti pengelolaan petani,” tambah Irlan.

Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam merumuskan solusi yang tepat.

“Dari kendala itu tindak lanjutnya kami siapkan yang mana dari Universitas Politeknik juga yang akan mendampingi pelaksanaan. Apakah dalam bentuk pembinaan, apakah bentuk cara bertaninya, sampai dengan langkah antisipasi,” ungkapnya.

Selain itu, PLN juga telah meminta pendapat hukum dari Jaksa Pengacara Negara (JPN) terkait kelanjutan proyek pembangunan jalan. “Setelah mendapatkan izin dari JPN, kami telah mengalokasikan anggaran untuk penyelesaian proyek ini pada tahun 2025,” ujarnya.

Irlan berharap masyarakat dapat bersabar menunggu hasil studi dan penyelesaian proyek pembangunan jalan.

“Kami berkomitmen untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, namun kami juga ingin memastikan semua proses berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku,” tutupnya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *