Kupang-suaraNTT.com,-Keluarga Bupati Kupang Diduga Gunakan Fasilitas Pemerintah Yakni UPTD Puskesmas Tarus Mainkan Money Politik.
Dalam penelusuran media ini keluarga bupati Kupang Korinus Masneno yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif (caleg) Kabupaten maupun provinsi diduga gunakan kekuasaan sang Ayah Korinus Masneno sebagai bupati kupang untuk memuluskan hasrat politiknya dengan menggunakan fasilitas pemerintah daerah kabupaten kupang dalam hal ini jabatan struktural di UPT Puskesmas Tarus, kabupaten kupang untuk memfasilitasi kepentingan politik.
Anak kandung Bupati Kupang Korinus Masneno, adik kandung dan menantunya mengikuti konstelasi politik pada pemilu 2024.
Saktiko Masneno selaku anak kandung bupati kupang mencalonkan diri sebagai calon DPRD dari partai bulan bintang (PBB) daerah pemilihan (dapil) 4 kabupaten kupang, sementara adik kandung bupati kupang korinus Masneno, Ruben Alexander Masneno calon DPRD dari partai yang sama dengan Anak kandung bupati kupang Saktiko Masneno namun dapilnya berbeda yakni dapil 1 kabupaten kupang, dan menantunya yakni istri Saktiko Masneno, Melinda Tribuana Yohanes calon DPRD Provinsi NTT dapil 2 dari partai bulan Bintang (PBB) milik Saktiko Masneno anak bupati kupang.
Dugaan money politik melalui sistem pemerintahan yang dimaksud, adalah adik kandung dari bupati kupang, yang merupakan kepala Puskesmas Tarus, yakni Marsela Masneno menekan bidannya di desa tertentu untuk memfasilitasi suara yang di hargai dengan rupiah (money Politik).
Tentunya puskesmas Tarus adalah UPTD pemerintah daerah kabupaten kupang, sehingga secara struktural jabatan Kepala puskesmas Tarus Marsela Masneno bertanggungjawab dengan kepala daerah yakni bupati kupang Korinus Masneno. Informasi yang diperoleh, kepala puskemas Marsela Maseno memerintahkan para bidan dan kader posyandu untuk memilih adiknya Ruben Masneno, dengan bayaran 200 ribu per kepala.
Mirisnya lagi ada salah satu TPS yang sama sekali tidak ada suara keluarga Masneno sehingga kepala puskesmas mempertanyakan kepada bidan yang di percayakan untuk membagi-bagi sejumlah uang. Bidan desa tersebut, akhirnya meminta kembali uang yang telah diberikan kepada para pemilih para pemilih yang di berikan uang pun merupakan kader posyandu sehingga bidan desa tersebut mengancam akan memberhentikan posisinya sebagai kader posyandu.
Hal ini diungkap salah satu kader posyandu yang berada di wilayah puskesmas Tarus, kabupaten kupang bahwa dirinya di ancam akan di berhentikan. Kader posyandu yang enggan namanya disebut, mengatakan Bidan desa memberi uang sejumlah dua ratus ribu dan mengarahkan untuk memili Ruben Masneno, di salah satu tempat pemungutan dan perhitungan suara (TPS).
Menurut dia, Bidan desa bekerja sama dengan kepala puskesmas (Kapus) Tarus untuk mengarahkan kader posyandu dan masyarakat lainnya untuk memili Ruben Masneno dan akan di hargai dengan uang sejumlah dua ratus ribu.
“Uang 200 ribu dia (bidan desa) kasih dan kami sudah coblos, saya dengan mama di rumah. Tiba-tiba ibu bidan minta kembali uang karena Kapus Cek tidak ada suara di saya punya TPS.” Ujar kader posyandu kepada media ini kamis (22/02/2024) dikediamannya.
Dirinya sudah berupaya menjelaskan kepada bidan desa tersebut bahwa Ia mencoblos Ruben Masneno namun, bidan tersebut langsung mengirimkan C1 hasil, dan mengatakan sudah mengirimkan C1 kepada kapus namun tidak ada satupun suara padahal di TPS tersebut ada yang sudah menerima uang.
“Mohon maaf ibu uang 200 ribu yg (yang) ibu kasih di beta (saya) untuk coblos bapak Ruben Masneno tu beta su coblos, coba ibu cek ulang di TPS**”ungkapnya mengutip tulisan yang dikirim ke bidan desa melalui via pesan whatsApp.
Bidan desa yang dipercayakan oleh kepala puskesmas sebagai fasilitator transaksional poltik di wilayah tersebut mengungkap hasil laporan kepada Kepala puskesmas Tarus.
“Ini ibu ada kirim kasih mama Kapus tapi TPS** kosong makanya mama tua (Kapus red) suru cek ada nama di TPS kenapa kosong, jadi kasih kembali uang sanko (saja) supaya ibu kasih kembali lagi.” Begitu bunyi percakapan via WhatsApp antara Bidan desa dan Kader Posyandu yang di screenshoot saat tim Media lakukan investigasi.
Bidan desa yang tidak Terima pun mengancam akan memberhentikan kader posyandu di wilayah desa tempat kader posyandu bekerja. Bahkan bidan desa membeberkan sudah melaporkan kepada kepala desa sehingga akan memberhentikan kader posyandu tersebut.
“Sudah lapor di bapak desa, Mau ganti uang atau gak usah jadi kader, itu sa b (saya) sekarang malas omong banyak.” Ungkap Bidan desa mengancam Kader posyandu melalui pesan whatsApp
Sementara Kepala puskesmas Tarus saat di konfirmasi belum merespon konfirmasi dari tim Media.
Sampai berita ini diterbitkan Ruben Masneno dan kepala puskesmas Tarus, Marsela Masneno serta bidan desa belum berhasil di konfirmasi.