SUARANTT.COM,-Efektivitas penyuluhan kesehatan mental terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku Remaja dalam menghadapi permasalahan kesehatan Mental Di STIKes Maranatha Kupang.
Kegiatan penyuluhan kesehatan mental dilaksanakan pada tanggal 15 April 2025 di STIKes Maranatha Kupang, dan melibatkan 25 mahasiswa semester II dan IV sebagai peserta serta. 2 mahasiswa dari program studi Fakultas Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana sebagai penyuluh yakni Reashly Mokola dan Delice Pobas
Masalah kesehatan mental pada remaja semakin meningkat dan seringkali tidak ditangani secara optimal akibat kurangnya pemahaman, sikap negatif, dan perilaku yang tidak mendukung pencarian bantuan.
Reashly Mokola salah satu mahasiswa pasca sarjana (S2) di Fakultas Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Nusa Cendana sebagai penyuluh kepada media ini mengatakan, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penyuluhan kesehatan mental terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi permasalahan kesehatan mental.
Dijelaskan bahwa permasalahan kesehatan mental pada remaja menjadi isu penting di Indonesia, mengingat masa remaja merupakan fase transisi yang rentan terhadap tekanan emosional, sosial, dan akademik. Berbagai data menunjukkan peningkatan prevalensi gangguan kecemasan, depresi, dan perilaku menyimpang di kalangan remaja. Kurangnya pengetahuan dan sikap yang tepat terhadap isu kesehatan mental menyebabkan rendahnya kesadaran untuk mencari pertolongan dan memunculkan stigma negatif. Oleh karena itu, penyuluhan kesehatan mental di lingkungan sekolah menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan pemahaman dan membentuk perilaku positif remaja terhadap isu ini.
Lebih lanjut Reashly Mokola menjabarkan Kesehatan mental pada remaja merupakan kondisi kesejahteraan psikologis di mana individu mampu menyadari potensi diri, mengatasi tekanan hidup sehari-hari, bekerja secara produktif, dan berkontribusi kepada komunitasnya. Pada masa remaja, yang merupakan fase transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, individu mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Kesehatan mental yang baik memungkinkan remaja untuk beradaptasi dengan perubahan ini, membangun hubungan yang sehat, serta mengembangkan identitas dan tujuan hidup yang positif.
Reashly Menyebut, metode penelitian yang digunakan adalah penyuluhan kesehatan mental dengan pendekatan partisipatif dan edukatif yang dilaksanakan dalam bentuk seminar dan diskusi kelompok terfokus dengan desain one group pre-test and post-test.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner untuk mengukur aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku sebelum dan sesudah penyuluhan.
Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan rata-rata skor pengetahuan dari 62,3 menjadi 84,7, sikap dari 68,1 menjadi 80,2, dan perilaku dari 60,5 menjadi 74,3. Penyuluhan terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran remaja terkait pentingnya menjaga kesehatan mental.
Sementara penyuluh lain yakni Delice Pobas menjelaskan kesehatan mental pada remaja merupakan kondisi kesejahteraan psikologis di mana individu mampu menyadari potensi diri, mengatasi tekanan hidup sehari-hari, bekerja secara produktif, dan berkontribusi kepada komunitasnya. Pada masa remaja, yang merupakan fase transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, individu mengalami berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Kesehatan mental yang baik memungkinkan remaja untuk beradaptasi dengan perubahan ini, membangun hubungan yang sehat, serta mengembangkan identitas dan tujuan hidup yang positif.
Delice juga membeberkan bahwa data dari Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 34,9% remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental, yang setara dengan 15,5 juta individu. Dari jumlah tersebut, 5,5% atau sekitar 2,45 juta remaja didiagnosis mengalami gangguan mental, termasuk gangguan kecemasan (3,7%), depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), PTSD dan ADHD (masing-masing 0,5%). Meskipun demikian, hanya 2,6% dari remaja yang mengalami masalah kesehatan mental yang mengakses layanan dukungan atau konseling dalam 12 bulan terakhir.