Kupang-suaraNTT.com,-Masyarakat Desa Silu Kecamatan Fatuleu, Jumat (5/4-2024) beramai-ramai datang ke kantor Bupati Kupang. Tujuan kedatangan orang tua, tokoh adat dan para amaf ini untuk meminta maaf kepada Bupati Kupang Korinus Masnneo atas kejadian penghadangan saat dirinya bersama rombongan akan melakukan launching dan syukuran fasilitas air dan Fasilitas Listrik yang dikerjakan oleh LSM dan PLN di Desa Silu.
Sebelumnya Rabu, 3 april 2024 lalu, masyarakat Desa Silu mengundang Bupati Kupang untuk melaunching dan melakukan ibadah syukuran fasilitas air yang telah dibuat oleh LSM Cis Timor dan fasilitas Listrik oleh PLN yang telah menjangkau beberapa titik di Desa Silu.
Namun kehadiran Orang Nomor satu tersebut dihadang oleh beberapa masyarakat saat hampir sampai di lokasi acara syukuran. Mereka meminta Bupati turun dan berbicara dengan mereka. Permintaan ini dilakukan dengan berteriak dan memasang spanduk bertuliskan penolakan launching dan syukuran. Dinyatakan kepada Bupati Kupang mereka menolak syukuran karena merasa tidak dilibatkan dalam proses pembuatan syukuran dan merasa ada fasilitas listrik yang belum selesai. Untuk itu mereka menolak acara tersebut. “Bapa Bupati orang tua kami, kalau kami mau buat syukur, biar kami yang mengundang bukan orang lain. Kondisi fasilitas juga belum selesai,” pungkas salah seorang masyarakat.
Menghindari terjadinya keributan diantara warga antara yang mengundang dan yang menolak, Bupati Kupang menyatakan untuk pulang saja sambil berpesan kepada masyarakat agar jangan bertengkar dan membangun komunikasi secara baik.
“Saya pulang, tetapi Jangan ada pertengkaran, jangan ribut, persoalan yang ada bisa diselesaikan dengan baik di antara masyarakat. Tetap jaga kedamaian dan ketertiban bersama,” pesan Bupati Masneno.
Untuk itu, jumat (5/4-2024) masyarakat Desa Silu beramai-ramai mendatangi kantor Bupati Kupang dengan tujuan meminta maaf atas kejadian yang terjadi. sesampainya di kantor Bupati Kupang Oelamasi masyarakat yang dipimpin oleh
Para Amaf dan Kepala Desa Silu
melakukan acara adat permintaan maaf.
Mereka melakukan tutur adat, menyerahkan sirih pinang dan memakaikan kain adat kepada Bupati Kupang Korinus Masneno sebagai tanda persaudaraan dan permohonan maaf.
Turut hadir dalam kehadiran masyarakat tersebut Camat Fatuleu Hendra Mooy, Kadus 5 Tuamnanu sekaligus mewakili Amaf Tob-Taeko, Agustinus Utan,
Daud Tanu, Mnaes Uf atau pohon dari Amaf Kake-Tapatab, Markus Utan dari Amaf Kake-Tapatab, Osias Tob dari Amaf Tob-Taeko mewakili Amaf Kake Tapatab
Ketua BPD sekaligus mewakili Amaf Boi-Lopo Ananias Tanone menyatakan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada Bupati Kupang atas kejadian 2 hari lalu. “Kami minta maaf, sebagai orang tua kami diperlakukan seperti ini. Kami merasa budaya kita adalah saling menghargai, saling menghormati satu dengan yang lain, sehingga kejadian kemarin sungguh disesalkan,” ungkapnya. Dirinya nyatakan berterima kasih untuk ketulusan hati pak Bupati mau hadir di tengah-tengah kami dan memberikan dukungan pembangunan. Dirinya berharap kedepannya kejadian serupa tidak terjadi lagi didesanya.
Kepala Desa Silu Michael Takel atas nama masyarakat Desa Silu, Mnaes Uf atau pohon dari Amaf Kake-Tapatab, menyatakan permohonan maaf kepada bapak Bupati Kupang karena kejadian kemarin. Tidak selayaknya bapa Bupati dihentikan ditengah jalan, karena budaya kita sopan santun dan menghormati adalah adat istiadat kita. Kami tidak tahu kondisi ini terjadi apalagi sampai membuat pak Bupati terhalang di jalan. Kami mau undang bapak untuk hadir bersyukur bersama kami di kampung, duduk dan memperhatikan kami masyarakat.
Kami berterima kasih atas pesan pak Bupati saat itu untuk kami menjaga keamanan dan ketertiban sehingga Desa Silu tetap aman hingga saat ini.
Bupati Kupang Korinus Masneno menerima kedatangan masyarakat dengan baik. Dirinya nyatakan terima kasih karena masyarakat Desa Silu tetap menjaga persaudaraan dan keamanan. Meski ada riak persoalan seperti kemarin, bagi Bupati Masneno yang terpenting masyarakat Desa Silu dalam kondisi yang baik. Persoalan bisa ada tetapi kita harus menyelesaikannya dengan baik.
“Kemarin saya pulang bukan karena diusir, tetapi saya pulang karena tidak ingin ada ada pertengkaran dan keributan di masyarakat. Jika ada masalah tentu bisa diselesaikan baik-baik bersama dan bisa dikoordinasikan,” ungkap Masneno.
Dirinya nyatakan bahwa dirinya mau hadir untuk berterima kasih kepada LSM dan PLN yang telah membantu masyarakat di Desa, sekaligus bersama-sama bersyukur untuk hadirnya fasilitas air dan listrik. “Ini bukan proyek APBD, ini dukungan dan kepedulian pihak lain sehingga tidak salah kita bersyukur dan berterima kasih,” jelas Masneno.
Dirinya berharap pembangunan dimasyarakat tetap berjalan baik, dan semangat persaudaraan tetap menjadi bagian penting kehidupan masyarakat.