SUARANTT.COM,-Gerakan Mahasiswa Flobamora (GMF) adalah organisasi mahasiswa gabungan dari mahasiswa yang majemuk yang berada di Kota Kupang, Organisasi tersebut terdiri dari beragam etnis mahasiswa di dalamnya.
Selasa (20/5) bertempat di taman Nostalgia kota kupang, GMF yang memiliki moto, Duc In Altum (Bertolak ke tempat yang dalam” menggelar teater kebangsaan yang menggambarkan situasi bangsa Indonesia hari ini.
Aksi teatrikal yang dimainkan anak-anak Flobamora tersebut, menggambarkan situasi dan permasalahan yang kompleks yang terjadi di Indonesia dan di NTT pada khususnya. Dari Geothermal , Besipae , TN Mutis dan hingga Polemik permasalahan Pulau Kera di Kabupaten kupang digambarkan dalam tarian dan nyanyian puisi penindasan yang dipimpin oleh Lodovikus I.F Lamuri atau biasa di sapa Vicky.
Vicky yang juga merupakan Alumni simenari sando minggo Hokeng, dengan konsep teatrikal, mengangkat sebuah tema yakni menolak bungkam. Situasi menjadi hening dan haru, saat Vicky mengawali dengan suara lantang “Hastala Victoria Siempre” yang berarti maju terus menuju kemenangan.
Ia menggambarkan situasi bangsa dengan puisi Jembatan, milik Sutardji Calzoum Bachri.
“Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi dalam ewuh pekewuh dalam isyarat dan kilah tanpa makna.
Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang jalanan yang berdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota. Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan. Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit mengucap tanah air kita satu bangsa kita satu bahasa kita satu bendera kita satu !
Tapi wahai saudara satu bendera kenapa kini ada sesuatu yang terasa jauh diantara kita?
Sementara jalan jalan mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan tumbuh kokoh merintangi semua sungai dan lembah yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang di antara kita ?
Di lembah-lembah kusam pada pucuk tulang kersang dan otot linu mengerang mereka pancangkan koyak-moyak bendera hati dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak mampu mengucapkan kibarnnya.
Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami”.
Ditengah lantunan puisi adapula tarian yang diiringi lagu perjuangan dari Fajar merah dengan judul “kebenaran akan terus hidup”. Sekilas terlihat ada tangisan dan air mata penghayatan dari beberapa para tamu undangan dan anggota GMF.
Situasi makin, menegangkan dan membangkitkan semangat kaum muda dan mahasiswa saat, Sumpah Mahasiswa di ucapakan oleh ketua GMF, dan diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Usai pengucapan sumpah Mahasiswa, semua anggota GMF dan tamu undangan dari berbagai organisasi kepemudaan daerah NTT dan organisasi mahasiswa (Ormawa) mendeklarasikan semangat perjuangan dalam momentum hari kebangkitan nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei 2025.
Kepada media ini, Melianus Alopada mengatakan kegiatan Refleksi lewat giat seni dan literasi ini dirancang dalam Momentum Kebangkitan Nasional hari ini, dan dipadukan dengan momentum Hari Reformasi.
“Menyampaikan aspirasi tidak harus di jalanan namun bisa lewat berbagai cara salah satunya lewat panggung seperti ini, dengan menampilkan Seni teatrikal dan puisi-puisi. Sebagai aktivis yang membawa nama Flobamora tentunya kita berkewajiban membawa seluruh aspirasi untuk diangkat dan diperjuangkan untuk kepentingan masyarakat,” beber Melianus Alopada (Ketua GMF).
Beberapa isu daerah yang turut menjadi perhatian dari GMF salah satunya aspirasi perluasan jaringan listrik yang diperjuangkan oleh POSPERA- TTS.
“Rekan-Rekan POSPERA TTS perlu di Apresiasi lebih karna konsistensinya mengawal aspirasi dan pergerakan masyarakat yang belum tersentuh jaringan listrik di TTS,” Ucap Alopada.
Mel Alopada mengatakan harus ada perasaan saling peduli, persoalan TTS harus menjadi persoalan bersama, begitupula persoalan di daerah lain.
“Kawan-kawan Ikmas TTS punya masalah harus menjadi masalah juga untuk kabupaten kupang, Malaka dan TTU, bahkan seluruh organisasi kedaerahan lainnya, sebab itulah esensi kita berorganisasi, berkumpul, berserikat, untuk berjuang bersama agar apa yang kita suarakan bisa kita menangkan,”Ujar Ketua GMF.
Lebih lanjut Ia mengatakan keberadaan GMF di Kota Kupang diharapkan bisa memberikan warna bagi aktivis dan mahasiswa yang ingin berorganisasi dan menyalurkan aspirasi kedaerahan melalui corong aktivis.
“Saat nya kita Pemuda bergerak menata kembali arah reformasi yang telah di perjuangkan aktivis 98. Kita juga harus turun menjadi pelaku sejarah tidak berhenti di penikmat sejarah semata.
Menurut Mel Alopada gaya dan arah Baru GMF yang menyampaikan aspirasi lewat Teatrikal dan lebih memainkan literasi dan seni adalah cara yang iconik.
“Kami ingin berbeda dalam cara menyikapi isu , dan membawa arah pergerakan ini tidak selalu dengan manajemen aksi , melainkan lebih sedikit berbeda dengan ekspresif seni dan gaya literasi serta membangun komunikasi dengan elemen lainnya,” pungkas Putra Alor yang berdomisili di kabupaten kupang ini.
Harapan dari kegiatan Malam Refleksi ini di selenggarakan menghidupkan kembali nalar kritis aktivis lewat ruang-ruang diskusi dan literasi.
“Penghayatan literasi yang dibangun atas dasar fakta dan isu yang terjadi di masyakarat NTT,” Ucap Mel Alopda.